Kasus cacar monyet (Mpox) saat ini sedang menarik perhatian di banyak negara, termasuk di Asia Tenggara dan terutama di Indonesia. Penyakit ini mirip dengan cacar biasa dan disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Muhammad Adib Khumaidi menyatakan bahwa melalui Satgas Mpox, IDI akan terus memantau perkembangan kasus Mpox di Indonesia. IDI juga akan bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan penanganan terbaik bagi pasien dan masyarakat.
Dia juga menambahkan bahwa diperlukan upaya berkelanjutan dan kerjasama dari semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi layanan kesehatan, dan organisasi internasional agar masalah Mpox di Asia Tenggara dapat diatasi dengan efektif.
Namun, Ketua Satgas Mpox PB IDI Hanny Nilasari mengungkapkan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini merupakan alasan utama terabaikannya kasus Mpox di Asia Tenggara. Banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala dan cara melindungi diri dari penyakit ini.
Kurangnya informasi ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari bantuan medis dan berpotensi menyebabkan kondisi yang lebih parah. Selain itu, sering terjadi kesalahpahaman tentang penyakit ini, di mana banyak yang menganggap bahwa Mpox bukan penyakit serius atau jarang terjadi.
Oleh karena itu, PB IDI menyampaikan enam rekomendasi dalam penanganan kasus Mpox di Indonesia. Rekomendasi tersebut antara lain:
1. Edukasi yang luas kepada masyarakat umum mengenai Mpox, terutama mengenai cara penularan, pencegahan, dan deteksi dini.
2. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox dan tidak menggunakan barang bersama yang belum dicuci.
3. Populasi dengan risiko tinggi, seperti memiliki beberapa pasangan dan kondisi imunokompromais, harus menghindari perilaku berisiko dan menggunakan kondom serta melakukan vaksinasi.
4. Masyarakat umum, terutama populasi dengan risiko tinggi, disarankan untuk segera mengunjungi dokter jika muncul gejala lesi kulit yang tidak biasa setelah demam.
5. Pada kasus terduga Mpox, perlu dilakukan wawancara tentang perkembangan penyakit, pemeriksaan lesi kulit dan organ secara detail, serta pemeriksaan swab.
6. Penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang ditunjuk sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta per tanggal 27 Oktober 2023 menyebutkan bahwa terdapat 15 orang dengan kasus positif dan 1 kasus sembuh. Dari 14 orang dengan kasus positif aktif, hampir semuanya bergejala ringan dan tertular melalui kontak seksual. Semua pasien tersebut adalah laki-laki dengan usia 25-50 tahun.
Selain itu, terdapat 20 orang dengan hasil PCR negatif dan 2 orang yang masih menunggu hasil PCR. Kementerian Kesehatan RI juga telah menyediakan vaksin Mpox yang telah diberikan kepada 251 orang dari target 495 orang.