Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menduga rendahnya pesanan atribut kampanye jelang Pemilu 2024 disebabkan oleh maraknya barang impor. Dia menduga banyak atribut kampanye yang diselundupkan ke dalam negeri untuk kepentingan pemilu.
“Kenapa Impor? Karena dia dianggap lebih murah. Tapi sebenarnya tidak lebih murah kalau dia pakai jalan yang legal,” kata Redma saat dihubungi, Senin, (30/10/2023).
Redma mencontohkan untuk mengimpor secara legal satu kaos jadi dengan harga Rp 30 ribu, maka pengimpor juga harus membayar bea masuk sekitar Rp 30 ribu. Sementara, harga kaos produsen lokal ditaksir hanya senilai Rp 35 ribu. Dengan harga yang terlampau jauh itu, Redma meyakini kaos kampanye impor tak akan diminati apabila itu diimpor secara legal.
Redma mengaku mendapatkan informasi mengenai kaos impor yang sudah masuk ke Indonesia itu. Dia mengatakan salah satu anggotanya sempat menyaksikan adanya gudang yang digunakan untuk menyimpan kaos-kaos tersebut. “Kemarin kami konfirmasi ke teman-teman di hilir,” kata dia.
Keberadaan kaos inilah yang dia curigai membuat pesanan kepada produsen lokal menjadi sepi tahun ini. Dia mengatakan produsen dalam negeri saat ini belum mengalami sedikitpun peningkatan penjualan produk tekstil mereka. Padahal, rangkaian pemilu sudah berjalan dan masa kampanye akan berlangsung pada 28 November 2023.
Menurut dia, pada Pemilu 2019 produsen lokal mengalami peningkatan penjualan tekstil sebesar 25% secara triwulan dibandingkan tidak ada pemilu. Angka itu mewakili penambahan penjualan sebesar 100 ribu ton produk tekstil secara triwulan, dari angka normalnya, yaitu 450 ribu ton. “Sekarang tidak ada peningkatan penjualan apa-apa,” kata dia.
Dua pedagang atribut kampanye di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat mengkonfirmasi sepinya pembelian atribut kampanye di Pemilu 2024 ini. Suwitri, pemilik toko Win Jaya mengatakan biasanya pesanan sudah datang bahkan 1 tahun sebelum pemilu. Saat ini, kata dia, pesanan pertama malah baru tiba satu bulan lalu.
Dia mengatakan biasanya para pembeli memesan dengan jumlah di atas angka 5.000 atribut. Namun sekarang, kata dia, pesanan paling banyak hanya 1.000 barang. “Penurunannya bisa 70% lah,” kata dia.
Setali tiga uang yang dihadapi oleh Mardiati, pemilik toko Jasa Mandiri. Dia memperkirakan mengalami penurunan penjualan sebanyak 80%. Biasanya, kata dia, sudah mendapatkan pesanan 2 tahun sebelum pemilu dengan jumlah setiap pesanan mencapai puluhan ribu. Namun, tahun ini dia hanya mendapatkan pesanan dengan kisaran jumlah ribuan sampai ratusan barang. “Kalau dipikir-pikir nangis lho kita,” tutur dia.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menduga melemahnya pembelian atribut kampanye ini hanya bersifat sementara. Dia menduga para capres dan cawapres saat ini masih sibuk menyusun struktur tim dan strategi kampanye. Sebagaimana diketahui, pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka baru mendeklarasikan diri di hari terakhir pendaftaran, yakni 25 Oktober 2023.
Menurut Tauhid, deklarasi yang dilakukan di penghujung waktu itu membuat dua pasangan capres-cawapres lainnya menunggu melakukan pembelian. Pembelian atribut, kata dia, berkaitan dengan strategi pemenangan Pilpres 2024. Karena itu, dia menduga setelah peta pertarungan Pilpres 2024 ini final barulah para tim kampanye akan melakukan belanja.
“Kalau sekarang saya kira masih fokus pembentukan tim dan perencanaan, kalau sudah konsolidasi perencanaan baru keliatan kapan mereka belanja keperluan pemilu,” kata dia