Biang Kerok Kantong Orang Indonesia Terungkap: Prioritas Belanja Beras & Rokok

by -169 Views

Sejumlah ekonom mencermati menurunnya tingkat daya beli masyarakat Indonesia di kuartal III-2023. Inflasi bahan makanan ditengarai menjadi biang kerok kantor orang RI makin tipis, salah satunya kenaikan beras dan rokok.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan inflasi yang paling berpengaruh terhadap daya beli masyarakat adalah kenaikan harga bahan pokok seperti beras dan cabai rawit. Akan tetapi, dia juga menyoroti kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price), seperti rokok dan bahan bakar minyak.

“Kita lihat kontribusi terbesar itu sepertinya oleh administered price, misalnya kenaikan harga rokok, BBM, tiket angkutan dan sebagainya,” kata Tauhid ketika dihubungi, Selasa, (7/11/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi tahunan pada Oktober mencapai 2,56%. Penyumbang utama inflasi Oktober 2023 secara tahunan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,39%.

Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah beras, rokok kretek filter, dan daging ayam ras. Sementara, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,23%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah biaya kontrak rumah.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga memberikan andil 0,23% pada inflasi tahunan Oktober 2023. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan.

BPS juga mencatat secara bulanan inflasi bulan Oktober mencapai 0,17%. Beras lagi-lagi menjadi penyumbang terbesar, yakni 0,06%, disusul bensin dengan kontribusi 0,04% dan cabai rawit 0,03% di posisi ketiga penyumbang terbesar. Tarif angkutan umum dan cabai merah berada di posisi selanjutnya dengan kontribusi 0,02% dan 0,01%.

Tauhid mengatakan untuk mengembalikan daya beli masyarakat, pemerintah perlu menjaga inflasi. Salah satunya dengan menjaga stabilitas harga komoditas yang diatur pemerintah.

“Kalau mau inflasi rendah, kenaikan administered price harus dikurangi drastis, tidak bisa naik sembarangan karena inflasinya gede,” kata dia.

Sebagai catatan, data BPS merekam beras dan rokok kretek filter masuk ke dalam kategori makanan dan minuman yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan per Maret 2023.

Keduanya memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan tersebut, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama.

Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 19,35% di perkotaan dan 23,73% di perdesaan. Sementara itu, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan, yakni 12,14% di perkotaan dan 11,34% di perdesaan.

Selain kedua komoditas tersebut, ada daging ayam ras yang menyumbang andil 4,53% di perkotaan dan 2,93% di perdesaan dan disusul oleh telur ayam ras sebesar 4,22% di perkotaan.

Selanjutnya ada mie instan sebesar 2,56% di perkotaan dan 2,24% di perdesaan, gula pasir sebesar 1,69% di perkotaan dan 2,35% di perdesaan), dan seterusnya.

Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen F. Rezki mencatat inflasi paling tinggi memang terjadi pada sektor makanan, minuman, tembakau dan bahan makanan. Dia mengatakan kenaikan harga bahan makanan itu pasti akan menggerus kemampuan konsumsi masyarakat.

“Ini pasti akan memberikan dampak terhadap kemampuan konsumsi masyarakat, karena pengeluaran untuk konsumsi menjadi bertambah, sedangkan income tidak mengalami perubahan,” kata dia.

Dia mengatakan kalau sudah begini, maka masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah yang akan menjadi pihak yang paling tertekan. Sebab, sebagian besar penghasilan kelompok ini habis untuk membeli bahan makanan.

“Masyakat yang terdampak kemungkinan besar adalah kelompok menengah ke bawah. Apalagi karena faktor kenaikan harga pangan,” kata dia.