Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 melambat, menjadi 4,94% secara tahunan (yoy), mengakhiri kinerja pertumbuhan di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut hingga kuartal II-2023 sebesar 5,17%. Menurut beberapa ekonom, perlambatan ekonomi domestik ini salah satunya disebabkan daya beli masyarakat yang mulai tertekan. Tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2023 hanya sebesar 5,06% dari kuartal II yang mampu tumbuh hingga 5,22%.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi masyarakat secara musiman itu, yang jauh lebih dalam dibanding tahun lalu pun diakui para pelaku usaha. Mereka menyebutkan adanya fenomena berbagi konsumen antar sektor bisnis. Misalnya, antara pengelola pusat perbelanjaan dengan sektor pariwisata. “Memang low seasons tahun ini kondisinya cukup dalam dikarenakan Pusat Perbelanjaan masih harus berbagi dengan wisata,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (8/11/2023).
Kendati begitu, Alphonzus mengingatkan kondisi ini tidak membuat pusat perbelanjaan sepi pengunjung, karena hanya kondisi yang terjadi pada kuartal III-2023 adalah faktor musiman akibat hari keagamaan terjadi pada kuartal II-2023 yang biasanya mendorong konsumsi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statitstik (BPS) sektor penopang wisata seperti akomodasi dan makanan minuman, hingga transportasi mengalami pertumbuhan paling tinggi pada kuartal III-2023. “Banyak masyarakat yang masih memprioritaskan wisata setelah hampir tiga tahun tidak dapat melakukannya akibat pandemi. Masyarakat masih melepas rindu dengan wisata,” tegasnya.
Menurut catatan BPS, kinerja lapangan usaha di sektor perdagangan memang melempem pada kuartal III-2023. Pertumbuhan sektor perdagangan hanya tumbuh 5,08% secara tahunan atau turun dari level pertumbuhan pada kuartal II-2023 sebesar 5,26%.
Oleh sebab itu, karena faktor pendorong musiman tersebut, Alphonzus meyakini pada kuartal IV-2023 pengunjung pusat-pusat perbelanjaan akan kembali pulih seperti pola musiman sebelumnya. Sebab, akhir tahun ada perayaan natal dan akhir tahun yang kerap mendorong aktivitas belanja atau konsumsi masyarakat.
Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah juga mengungkapkan, khusus terkait daya beli, sebetulnya kalangan masyarakat menengah atas masih menjadi pengunjung utama ritel dan pusat belanja seperti di mal, lantaran mereka hingga kini pun masih bisa berpelesiran ke luar negeri.
Anny Ratnawati, ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan, menyatakan bahwa tekanan daya beli terhadap kelas menengah ke bawah itu disebabkan tekanan inflasi bahan pangan atau volitile food yang terus meninggi saat ini akibat efek berkepanjangan el-nino, dan masuknya masa tanam di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sudah mengakui bahwa salah satu faktor penyebab pertumbuhan ekonomi yang di bawah 5% pada kuartal III-2023 dipicu konsumsi rumah tangga yang lesu. Bahkan, dia mengatakan kinerja konsumsi masyarakat yang dirilis BPS lebih rendah dari ekspektasi pemerintah yang mengacu pada indeks kepercayaan konsumen.
Sumber: CNBC Indonesia