Erdogan Mengkritik Kanselir Jerman di Depan Publik, Apa yang Terjadi?

by -91 Views

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan bahwa Jerman mendukung Israel dalam perang Gaza karena merasa bersalah atas Holocaust di masa lalu. Hal itu berbeda dengan Turki, yang menurutnya mampu berbicara tanpa bias.

“Perang Israel-Palestina tidak boleh dievaluasi dengan utang psikologis. Saya berbicara dengan bebas karena kita tidak berutang apapun kepada Israel,” kata Erdogan dikutip dari Reuters, Sabtu (18/11/2023).

Hal itu ia katakan pada konferensi pers hari Jumat (17/11/2023) waktu setempat, bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Setelahnya, kedua pemimpin itu mengadakan pembicaraan secara pribadi.

“Mereka yang merasa berutang budi kepada Israel tidak dapat berbicara dengan bebas. Kami tidak merasakan Holocaust, kami tidak mengalami situasi seperti itu, karena rasa hormat kami terhadap kemanusiaan berbeda,” kata Presiden Turki.

Erdogan mengatakan awal pekan ini bahwa Israel adalah “negara teror” yang melakukan kejahatan perang di Gaza dan bahwa kampanyenya melawan Hamas termasuk “serangan paling berbahaya dalam sejarah manusia.”

Komentar Erdogan di Berlin menyinggung identitas Jerman pascaperang, yang berlandaskan penebusan kesalahan atas terjadinya Holocaust. Seperti diketahui, Jerman bertanggung jawab atas kejadian tersebut, yakni secara sistematis membunuh 6 juta orang Yahudi dan 5 juta korban lainnya selama Perang Dunia Kedua. Negara Israel pun didirikan pada 1948 sebagai tempat perlindungan yang aman bagi orang Yahudi.

Scholz tidak menanggapi secara langsung pernyataan Erdogan, namun menyatakan kembali komitmen Jerman terhadap hak Israel untuk membela diri. Di samping itu, ia menyebut semua nyawa berharga, dan penderitaan di Gaza membuat pihaknya sedih.

“Jika Anda mengenal Jerman, Anda pasti tahu bahwa solidaritas kami dengan Israel tidak diragukan lagi,” kata Scholz.

Perjalanan Erdogan ini adalah kunjungan pertamanya ke Jerman dalam empat tahun. Erdogan, yang partainya akan menghadapi pemilu lokal tahun depan, bisa mendapatkan manfaat dari dukungan Scholz untuk memodernisasi serikat pabean Turki dengan Uni Eropa dan bebas visa perjalanan ke Uni Eropa bagi warga Turki.

Sementara itu, Scholz sedang memerlukan bantuan Ankara dalam membendung migrasi ke UE. Sebab, ia sedang menghadapi keputusan pengadilan yang membuat anggarannya membengkak sebesar 60 miliar euro, perselisihan koalisi mengenai perekonomian dan meningkatnya imigrasi.

Namun, perundingan tersebut dibayangi oleh konflik Israel-Hamas. Seperti diberitakan sebelumnya kelompok militer Palestina Hamas pada 7 Oktober menyerbu ke Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang. Sebagai pembalasan, Israel menyerbu Gaza dengan tujuan melenyapkan Hamas, dan pihak berwenang Palestina mengatakan lebih dari 12.000 orang tewas.

Adapun Jerman mengalami peningkatan antisemitisme dan Islamofobia sejak konflik dimulai dan mendapat kritik karena mempersulit menyelenggarakan protes pro-Palestina.