Perang Israel di Gaza semakin mengerikan: 13.300 orang tewas – Permainan Lapar!

by -326 Views

Serangan Israel di Gaza, Palestina masih terus terjadi. Senin dilaporkan bagaimana RS Indonesia terkepung dan menjadi sasaran tentara Israel (IDF). Padahal, mengutip Al-Jazeera, ada 6.000 orang berlindung di dalamnya, termasuk 7.000 pasien menurut dara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). IDF juga melakukan penembakan kepada warga yang berusaha keluar dari fasilitas kesehatan itu, di mana dalam update terbaru AFP, disebutkan 12 warga tewas.

Otoritas Kesehatan Gaza mengkhawatirkan akan ada pembantaian seperti yang dilakukan Israel di rumah sakit terbesar Gaza sebelumnya, RS-Al Shifa. Pemerintah RI sendiri mengutuk serangan tersebut. Lalu bagaimana update terbaru lainnya? Berikut rangkuman CNBC Indonesia, Selasa (21/11/2023).

1. Jumlah Korban Tewas
Pihak berwenang di Gaza mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel terus melonjak, Senin. Kini tercatat 13.300 orang tewas. Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza mengatakan, jumlah korban tewas mencakup 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan. Ditambahkannya, korban tewas juga mencakup 201 staf medis, 22 anggota tim penyelamat pertahanan sipil, dan 60 jurnalis.

Sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, Israel terus melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza. Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut. Sementara itu, korban tewas di Israel adalah sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi. Rata-rata merupakan data 7 Oktober.

2. Israel Hizbullah Baku Tembak
Israel dan kelompok militan Lebanon Hizbullah mengatakan mereka saling baku tembak pada hari Senin. Hizbullah mengatakan mereka melakukan “serangan langsung” terhadap posisi Israel di sebelah barat Kiryat Shmona di Israel utara, sebagaimana dikutip dari Al-Manar. Pasukan Pertahanan Israel di Telegram melaporkan sirene berbunyi di Israel utara, tanpa menyebutkan alasannya.

Dikatakan bahwa sebelumnya pada hari Senin, mereka telah menyerang beberapa lokasi di Lebanon, menyusul peluncuran dari negara tersebut ke wilayah Israel di al-Aramshe, Biranit dan Bar’am. Belakangan, IDF mengatakan bahwa mereka mengidentifikasi 25 peluncuran dari Lebanon. IDF juga mengatakan bahwa serangan tersebut mengenai “sel teroris” di negara tersebut yang berusaha meluncurkan rudal anti-tank.

3. Milisi Houthi Bajak Kapal Israel di Laut Merah
Militan Houthi di Yaman yang didukung Iran telah menangkap kapal Israel di Laut Merah dan membawanya ke pantai Yaman. Hal ini ditegaskan juru bicara kelompok tersebut Yahya Saree di media sosial. “Angkatan bersenjata Yaman mengulangi peringatan mereka kepada semua kapal milik atau berurusan dengan musuh Israel bahwa mereka akan menjadi target yang sah bagi angkatan bersenjata,” katanya mendesak masyarakat internasional untuk menghindari bekerja dengan kapal-kapal Israel atau milik individu Israel. “Angkatan bersenjata Yaman mengonfirmasi bahwa mereka akan terus melakukan operasi militer melawan musuh Israel sampai agresi terhadap Gaza berhenti,” kata juru bicara tersebut.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Jepang mengonfirmasi penangkapan kapal Galaxy Leader yang dioperasikan Nippon Yusen, oleh kelompok Houthi Yaman. Tokyo kini mengajukan banding kepada Houthi agar kapal tersebut dibebaskan dan meminta bantuan pihak berwenang Arab Saudi, Oman, dan Iran. “Pembajakan kapal kargo oleh Houthi di dekat Yaman di Laut Merah bagian selatan adalah insiden yang sangat serius dan berdampak global,” kata militer Israel di media sosial. “Kapal tersebut berangkat dari Turki dalam perjalanan ke India, diawaki oleh warga sipil dari berbagai negara, tidak termasuk warga Israel. Itu bukan kapal Israel,” tambahnya. Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kapal tersebut dimiliki oleh perusahaan Inggris dan dioperasikan oleh perusahaan Jepang. Dikatakan pula tidak ada orang Israel yang berada di kapal tersebut. “Ini adalah tindakan terorisme Iran yang menunjukkan lompatan maju dalam agresi Iran terhadap warga dunia bebas, dan menciptakan implikasi internasional mengenai keamanan jalur pelayaran global,” kata Netanyahu, menurut terjemahan Google.

Iran, yang mendukung kelompok Houthi dan Hamas yang bermusuhan dengan Israel, menolak klaim keterlibatan dalam penangkapan kapal tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani, menegaskan hal itu.

4. Angka Pengangguran Israel Melejit
Tingkat pengangguran di Israel dan mereka yang tidak masuk kerja untuk sementara melonjak menjadi 9,6% pada bulan Oktober, dibandingkan dengan 3,6% pada bulan September. Ini terungkap dari data Biro Pusat Statistik Israel Senin. Hal ini berarti terdapat 428.400 orang yang tidak masuk kerja secara penuh atau sementara pada bulan Oktober. Angka itu naik dari 163.600 orang pada bulan September. Namun tingkat pengangguran utama di negara ini stabil di 3,4%. Data tidak berubah pada bulan tersebut.

5. Pembebasan Sandera Israel
Presiden AS Joe Biden mengatakan kesepakatan untuk membebaskan sandera di Gaza, yang dimediasi Qatar, sudah hampir tercapai. Ini seiring dengan imbalan jeda dalam pertempuran yang dijanjikan Israel ke Hamas. “Saya yakin begitu,” kata Biden dikutip CNBC International seraya menyilangkan jari untuk memberi isyarat bahwa dia mengharapkan keberuntungan. Gedung Putih mengatakan perundingan tersebut berada pada tahap “akhir”. Namun menolak memberikan rincian lebih lanjut, dengan mengatakan hal itu dapat membahayakan hasil yang sukses. “Kami yakin kita semakin dekat dibandingkan sebelumnya, jadi kami penuh harapan,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan. “Tetapi masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan tidak ada yang dilakukan sampai semuanya selesai. Jadi kami akan terus mengerjakannya,” tambahnya. Sebelumnya Perdana Menteri (PM) Qatar mengatakan bahwa kesepakatan untuk membebaskan 240 sandera yang ditangkap Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober mengalami kemajuan. Namun ada masalah-masalah praktis yang “kecil” yang harus diselesaikan. The Washington Post juga sempat melaporkan bahwa ada kesepakatan tentatif untuk membebaskan puluhan perempuan dan anak-anak yang disandera di Gaza. Imbalan jeda pertempuran selama lima hari.

6. Update Gencatan Senjata dari Hamas
Hamas akhirnya buka suara soal gencatan senjata dengan Israel. Negosiasi antara Israel dan kelompok itu masih berlangsung. “Kami beberapa kali nyaris dan mereka merusak keseluruhan proses,” kata juru bicara Osama Hamdan. Sementara pejabat Hamas lain mengecam Israel. Negeri Zionis disebut sengaja menunda-nunda gencatan senjata. “Gencatan senjata harus diimplementasikan sepenuhnya agar kesepakatan yang disepakati dapat disepakati,” tegas salah satu pejabat Zaher Jabareen.

7. “Hunger Games” di Gaza
Warga Gaza menyebut hidup mereka kini bak film Hollywood “Hunger Games”. Salah satunya dikatakan Omar, sebagaimana dimuat Al-Jazeera. Omar, yang memilih untuk tidak menyebutkan nama belakangnya, mengatakan perang yang berlangsung selama 45 hari telah membuat kebutuhan dasar kemanusiaan “sangat langka”. Jika pun tersedia, harga menjadi sangat mahal. “Kami berjalan bermil-mil untuk mendapatkan air dan membelinya dengan harga tiga kali lipat dari harga reguler,” kata pria yang tincal di Gaza selatan itu. “Kami beruntung mendapatkan 0,5 liter per hari, per orang. Pada hari-hari yang paling menakjubkan, volumenya mencapai 0,75 liter,” jelasnya. Ia mengatakan banyak toko roti yang dibom. Padahal ini menjadi makanan utama warga. “Tepung terigu sekarang seperti emas, atau bahkan berlian. Sangat jarang ditemukan dan mahal,” katanya lagi. “Makanan hangat tersedia setiap tiga hari sekali,” ungkapnya sambil memasak di atas api kayu.

Yang semakin memperburuk situasi adalah ratusan ribu warga Palestina di wilayah yang terkepung terpaksa pindah ke selatan, di tengah invasi darat Israel di Gaza utara. Dengan membawa barang sesedikit mungkin, ribuan orang melakukan perjalanan berjalan kaki selama berjam-jam setiap hari untuk mencari keselamatan. “Begitu banyak orang yang tetap berada di jalanan setelah tidak menemukan sekolah yang tersedia untuk berlindung karena banyaknya orang yang terus berdatangan,” kata Omar. “Beberapa hari terakhir cuaca sangat dingin, angin kencang dan hujan membuat hidup mereka semakin buruk,” tambahnya.