Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2% dalam APBN. Namun, Indonesia masih dihadapkan pada tekanan berat dari situasi ekonomi global yang berpotensi melambat pada tahun depan.
“Dengan adanya perkembangan geopolitik terakhir dan situasi di Ukraina, serta geopolitik di Timur Tengah, ini tentu tidak akan lebih mudah dibanding sebelumnya,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam acara BTPN Economic Outlook 2024 pada Selasa (28/11/2023).
Beberapa lembaga internasional, termasuk IMF, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 2,9% tahun depan, lebih rendah dari perkiraan 3% pada 2023. Inflasi juga diprediksi masih tinggi, sebesar 5,8% meski lebih rendah dari perkiraan 6,9% pada 2023.
Alasan dari prediksi lemahnya pertumbuhan ekonomi global ini disebabkan oleh inflasi yang tetap tinggi, pelemahan ekonomi China, volatilitas harga komoditas, eskalasi perang di sejumlah wilayah, fragmentasi geoekonomi, dampak perubahan iklim, dan risiko kebangkrutan utang.
Namun, Febrio menekankan bahwa berbagai risiko tersebut sebenarnya akan mulai melunak pada 2024, terutama terkait tekanan suku bunga acuan bank sentral global, terutama The Fed, akibat proyeksi tekanan inflasi di AS yang mulai melandai.
Febrio juga mengakui bahwa tekanan pelemahan ekonomi yang dipengaruhi oleh suku bunga The Fed juga menjadi risiko yang paling berat saat ini, karena kecepatan kenaikannya tertinggi sepanjang sejarah. Dibanding periode tahun 1980-an, menurutnya, kenaikan suku bunga pada 2022-2023 lebih cepat.
Namun, di tengah kondisi tersebut, ia menekankan bahwa perekonomian Indonesia masih stabil, ditandai dengan inflasi yang terjaga di level 2,3%-2,4% serta pertumbuhan ekonomi selama 7 kuartal berturut-turut di level atas 5%, meskipun pada kuartal III-2023 turun ke kisaran 4,9%.
Dari sisi investasi, menurut Febrio, masih terus masuk, meskipun menjelang tahun politik pada 2024. Tercermin dari pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto atau PMTB dalam tahun berjalan 2023 sebesar 4,2%, dari 2022 sebesar 3,9% dan 2021 sebesar 3,8%.
“2024 memang terlihat cukup mengkhawatirkan bagi banyak orang, bagi banyak negara, tapi kita harap dengan risiko yang bisa kita kelola dan kita buktikan beberapa tahun terakhir, dengan angka-angka yang saya tunjukkan, kita punya banyak alasan untuk optimis. 2023 kita sudah tunjukkan dan 2024 kita juga akan tetap resilient dan vibrant,” tegas Febrio.