Dilaporkan bahwa pejabat Israel sebenarnya telah mengetahui rencana serangan Hamas pada 7 Oktober lebih dari setahun, sebelum serangan terjadi. Dokumen yang terbocor berupa “Tembok Jericho” memuat detil bagaimana perlawanan Hamas akan dilakukan dan berakhir dengan kematian sekitar 1.200 orang. Dokumen tersebut juga menjelaskan serangan metodis yang dirancang untuk menguasai benteng di sekitar Jalur Gaza, mengambil alih kota-kota Israel, dan menyerbu pangkalan militer utama. Meski tidak ada tanggal resmi sebenarnya, namun aksi tersebut akan terjadi pada 7 Oktober dengan skenario termasuk rentetan roket, penggunaan drone, dan orang bersenjata menggunakan paralayang, sepeda motor, dan berjalan kaki. Rencana ini juga mencakup rincian tentang lokasi dan jumlah pasukan militer Israel, serta pusat komunikasi dan informasi sensitif lainnya. Meski dokumen tersebar di kalangan pemimpin militer dan intelijen Israel, banyak yang berpendapat bahwa serangan sebesar itu berada di luar kemampuan Hamas. Sebelumnya, seorang analis di badan intelijen sinyal Israel, Unit 8200, telah memperingatkan bahwa Hamas telah melakukan latihan intensif yang serupa dengan isi dokumen “Tembok Jericho”. Namun kolonel di divisi Gaza menepis kekhawatiran itu. Terdapat pengakuan bahwa jika militer menanggapi peringatan dengan serius, bisa meredam serangan atau bahkan mencegahnya. Sayangnya, militer Israel tidak siap dan membuat sejarah kelam di negeri itu. Dokumen Tembok Jericho memperlihatkan serangkaian kesalahan yang berujung pada kegagalan intelijen Israel. Keyakinan bahwa Hamas tidak memiliki kemampuan untuk menyerang dan tidak akan berani melakukan hal itu menjerumuskan pemerintah Israel dalam ketidaksigapan menghadapi serangan Hamas. Kejadian 7 Oktober menjadi dasar Israel menyerang Gaza dan menewaskan lebih dari 15.000 warga sipil, kebanyakan di antaranya adalah anak-anak dan wanita.