Inflasi Dunia Akibat Perang Israel-Hamas, Ini Bukti Keadaannya

by -110 Views

Serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina, dalam upayanya menumpas milisi Hamas nyatanya telah membawa dampak bagi dunia. Ini disebabkan langkah Houthi, sekutu Hamas, yang menebar ancaman kepada kapal-kapal Israel di Laut Merah, menimbulkan resiko baru di jalur dagang itu.

Sekitar 12% perdagangan global melewati Laut Merah, yang terhubung ke Laut Mediterania melalui Terusan Suez. Serangan Houthi telah mengalihkan sebagian besar perdagangan dengan memaksa raksasa pelayaran untuk berlayar keliling Afrika, menimbulkan biaya yang lebih tinggi dan penundaan.

Setidaknya 12 perusahaan pelayaran, termasuk perusahaan pelayaran raksasa Italia-Swiss, Mediterranean Shipping Company (MSC), CMA CGM Perancis, dan AP Moller-Maersk dari Denmark, telah menangguhkan transit melalui Laut Merah karena masalah keamanan. Raksasa minyak Inggris BP pada hari Senin menjadi perusahaan terbaru yang mengumumkan akan menghindari perairan tersebut.

Lonjakan harga akibat hal ini pun mulai terlihat. CNBC mengungkap bahwa saat ini tarif untuk pengiriman kontainer dari Shanghai ke London menembus US$ 10 ribu atau setara Rp 150 juta untuk peti kemas 40 kaki. Pekan lalu tarifnya adalah US$ 2.400 atau setara Rp 37 juta saja.

Hingga Kamis pagi, 158 kapal saat ini sedang melakukan rute ulang meninggalkan Laut Merah yang membawa lebih dari 2,1 juta kontainer kargo. Nilai kargo ini berdasarkan perkiraan MDS Transmodal sebesar US$ 50.000 per kontainer adalah US$ 105 miliar atau Rp 1.620 triliun.

Antonella Teodoro, konsultan senior untuk MDS Transmodal, mengatakan perusahaan pelayaran dapat mengerahkan kapal tambahan karena kapasitas armada telah meningkat lebih dari 20% dalam 12 bulan terakhir untuk melayani konsumen tanpa keterlambatan. “Permintaan diperkirakan akan tetap sama sehingga ada kapasitas yang tersedia untuk menjaga jalur pengangkut laut tepat waktu dan mengambil kontainer setelah terikat pada kapal yang dialihkan ini,” kata Teodoro kepada CNBC, dikutip Sabtu (23/12/2023).

CEO AP Moller-Maersk, Vincent Clerc, memperkirakan akan terjadi penundaan selama dua hingga empat minggu. Menurutnya, penundaan barang akan sangat terasa di Eropa. “Eropa lebih bergantung pada Suez. Penundaan akan terasa di Eropa,” pungkasnya.

Di sisi lain, dengan memutarnya kapal-kapal dagang, permintaan terhadap transportasi udara melonjak. Ini berimbas kepada harga pengiriman via jalur udara. “Minggu ini harga kargo meningkat 13% dari $3,95/kg menjadi $4,45/kg sejak maskapai penerbangan mengumumkan pengalihan secara luas, yang mungkin mencerminkan peningkatan permintaan kargo udara dari peralihan laut ke udara,” kata kepala penelitian Freighto, Judah Levine.

Akibat lonjakan ini, Direktur Timur Tengah dan Afrika di The Global Counsel, Ahmed Helal, mengatakan kepada Al Jazeera “dampak besar” dari krisis ini adalah pada inflasi. Ia menyebut karena serangan Houthi dan pindahnya rute kapal, harga gas dan minyak melonjak. “Bank-bank sentral besar telah memangkas suku bunga untuk memerangi inflasi dan menurunkan harga bagi konsumen. Namun gangguan pada arteri perdagangan global ini berdampak pada barang-barang dan energi, baik minyak maupun gas alam,” ujarnya.

Sementara itu, untuk memberikan keamanan di wilayah Laut Merah, Amerika Serikat (AS) membentuk koalisi untuk melindungi kapal di Laut Merah dari serangan Houthi. Seorang sumber menyebut perusahaan pelayaran masih belum mengetahui mengenai koalisi angkatan laut internasional baru yang dibentuk Washington. Namun telah banyak kapal yang terus menghindari wilayah tersebut atau membatalkan kontrak.

“Pasar perlu melihat keberhasilan atau tindakan nyata,” kata sumber lain.