Betlehem, sebuah kota di Tepi Barat Palestina, selalu menjadi sorotan saat Natal tiba. Kota ini diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus oleh umat Kristen.
Namun, perayaan Natal di Betlehem tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh tindakan keras Israel terhadap wilayah Tepi Barat sebagai bagian dari operasi militer mereka di wilayah Gaza untuk menyerang kelompok Hamas.
Hiasan pohon cemara di Manger Square pun tidak terlihat. Tidak ada juga kunjungan turis atau peziarah dari seluruh dunia karena akses ke kota tersebut ditutup oleh Israel.
Gereja di Betlehem bahkan mengganti hiasan Natal dengan menempatkan patung-patung tradisional yang melambangkan keluarga suci di tengah puing-puing dan kawat berduri, sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza.
Menurut Pastor Ibrahim Faltas, Betlehem adalah sebuah pesan perdamaian bagi seluruh dunia dan bahwa dari tempat suci ini pesan perdamaian harus disampaikan, untuk menghentikan perang, pertumpahan darah, pembunuhan, dan balas dendam.
Banyak umat Kristen percaya bahwa Yesus dilahirkan di Betlehem. Hal ini juga diyakini oleh Munther Isaac, seorang pastor Palestina, yang meyakini bahwa lokasi kelahiran Yesus di Palestina didukung oleh bukti-bukti arkeologi.
Isaac juga menjelaskan bahwa keluarga Yesus berasal dari Nazareth dan kemudian pindah ke Betlehem. Dia juga menekankan bahwa Betlehem adalah tempat yang nyata dengan manusia dan komunitas Kristen yang menjaga tradisi selama lebih dari 2 ribu tahun.
Menurut Alkitab, Yesus dilahirkan di Betlehem dan kemudian ditempatkan di palungan. Gereja Kelahiran dibangun di lokasi ini dan guanya memiliki makna keagamaan yang besar, menarik umat Kristiani dari seluruh dunia ke kota Betlehem setiap Natal.
Isaac juga menggambarkan kesamaan kondisi saat kelahiran Yesus dengan keadaan Palestina saat ini, bahwa daerah Palestina selalu dalam keadaan dikuasai dan terlantar. Saat Yesus lahir, Palestina berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi.