Prabowo Subianto menyampaikan penghormatannya terhadap kepemimpinan Samora Machel, seorang pemimpin militer ulung di Afrika. Machel lahir pada tahun 1933 di Mozambik dan tumbuh dalam keluarga petani yang mengalami diskriminasi di koloni tersebut. Meskipun hanya menyelesaikan kelas empat SD, Machel mengambil langkah untuk bergabung dengan kelompok perjuangan anti-kolonial di Tanzania.
Setelah bergabung dengan Frelimo, Machel mengikuti pelatihan paramiliter di Aljazair dan kemudian ditugaskan sebagai penanggung jawab kamp pelatihan militer Frelimo. Dia menjadi komandan gerilya yang terampil dan naik pangkat menjadi kepala tentara pembebasan. Setelah pemimpin dan pendiri Frelimo terbunuh, Machel terpilih sebagai pimpinan Frelimo dan kemudian Presiden Mozambik.
Machel terbukti sebagai taktik yang cerdik dalam memimpin Frelimo dan berhasil menyudutkan pemerintahan Portugis hingga akhirnya Mozambik meraih kemerdekaannya pada tahun 1975. Namun, setelah merdeka, Machel dihadapkan pada tantangan ekonomi dan politik yang berat. Dia juga aktif membantu gerakan pembebasan di negara-negara lain di Afrika.
Pada tahun 1986, pesawat yang ditumpangi Machel jatuh saat kembali dari pertemuan pimpinan Afrika di Zambia, dan dia meninggal pada usia 53 tahun. Meskipun memiliki perbedaan pandangan politik, Prabowo Subianto tetap menghormati kepemimpinan dan kemampuan Samora Machel dalam memimpin perang gerilya dan menyediakan pendidikan dasar bagi rakyat Mozambik.
