Selama 2023, masalah pangan terutama beras menjadi perhatian masyarakat. Bukan hanya soal harganya yang mencatat rekor tertinggi, tapi juga soal impor beras yang dilakukan secara besar-besaran.
Pemerintah melakukan impor beras sebesar 2 juta ton di awal tahun 2023. Kemudian, impor beras ditambah lagi sebesar 1,5 juta ton.
Indonesia bahkan mencari beras hingga ke India, yang saat ini menjadi pengekspor beras terbesar di dunia. Namun, kesuksesan India di bidang perberasan disebut meniru kebijakan Presiden Soeharto di era Orde Baru.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut bahwa India dalam mengelola pertanian saat ini mirip dengan cara yang diterapkan pada masa Orde Baru. India merupakan pengekspor beras terkemuka di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, dan menjadi produsen terbesar kedua setelah China.
Zulhas juga mengungkapkan bahwa pertanian di India menggunakan koperasi bukan konglomerasi. Mereka juga tidak menggunakan pupuk pabrik, namun pupuk diproduksi oleh koperasi-koperasi yang didukung oleh penelitian pemerintah.
Kebijakan India ini bertujuan untuk mengamankan stok dan menghindari kelangkaan pangan di dalam negeri, terutama mengingat jumlah penduduk India yang mencapai miliaran orang. Hal ini sangat mirip dengan metode yang diterapkan oleh Indonesia pada masa Orde Baru atau zaman Soeharto.
Program ketahanan pangan pada masa Soeharto sangat terkenal dan dihargai hingga saat ini. Ia memprioritaskan sektor agraria dan mengeluarkan kebijakan yang mengarah ke revolusi pangan sebagai respons terhadap kemiskinan dan kelangkaan pangan yang menjadi pemicu krisis politik di Indonesia.
Pemerintahan Soeharto melakukan investasi besar-besaran untuk infrastruktur pertanian, membangun waduk, bendungan, dan irigasi. Fokus utamanya adalah pada swasembada pangan, terutama beras. Selain itu, berbagai institusi pendukung pertanian juga dikembangkan, seperti koperasi, Bulog, dan institusi penelitian seperti BPTP.
Program kerja pertanian Pak Harto menghasilkan prestasi yang membanggakan. Indonesia yang dulunya dikenal sebagai negara pengimpor beras terbesar mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri melalui swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini membuat Soeharto diundang berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO alias Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia di Roma, Italia.
Menteri Pertanian Anton Apriyanto juga mengakui bahwa kebijakan pertanian pada masa Orde Baru banyak diadopsi pada masa pemerintahannya. Program revolusi hijau juga berhasil meningkatkan produksi pangan, terutama beras.
Namun, kebijakan pangan pada masa Soeharto belum mampu mencapai kedaulatan pangan secara keseluruhan. Artinya, posisi kebijakan pangan pada masa Soeharto berada pada posisi ketahanan pangan, sesuai dengan definisi ketahanan pangan yang mengutamakan terpenuhinya pangan bagi rumah tangga di dalam negeri.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa India sekarang mengadopsi strategi yang mirip dengan kebijakan pertanian pada masa Orde Baru di Indonesia.