Di Tengah Samudera Pasifik, Amerika Serikat (AS) menghidupkan kembali pangkalan udara yang ditinggalkan dan pernah menjadi kunci untuk menjatuhkan bom nuklir di Jepang. Pangkalan udara yang hampir hilang dari sejarah karena perambahan hutan tersebut terletak di Pulau Tinian. Keputusan AS ini memicu kemarahan China.
Pengaruh Beijing yang semakin besar di Pasifik mendorong AS untuk menghidupkan kembali sejumlah landasan pacu yang terbengkalai di wilayah yang membentuk Tinian, bagian dari wilayah Kepulauan Mariana Utara milik AS.
“Rehabilitasi lapangan terbang era Perang Dunia II telah memberikan Angkatan Udara Pasifik (PACAF) jalan yang dapat dilaksanakan dengan cepat untuk meningkatkan infrastruktur di wilayah tersebut,” kata seorang juru bicara pertahanan AS kepada AFP, dikutip oleh Nikkei Asia.
Washington berencana untuk membangun fasilitas “luas” di Tinian terjadi di tengah peralihan militer ke Pasifik dalam beberapa tahun terakhir, dan ketika Tiongkok membangun pangkalan barunya di wilayah tersebut, termasuk di perairan yang disengketakan, yakni Laut China Selatan.
“Tantangan paling komprehensif dan serius terhadap keamanan nasional AS adalah upaya koersif dan semakin agresif (Republik Rakyat Tiongkok) untuk mengubah kawasan Indo-Pasifik dan sistem internasional agar sesuai dengan kepentingan dan preferensi otoriternya,” ungkap dokumen strategi pertahanan yang dirilis Departemen Pertahanan pada tahun 2022.
“Lapangan terbang militer tua Tinian memiliki landasan yang luas di bawah hutan lebat. Kami akan membersihkan hutan tersebut antara sekarang dan musim panas,” kata Jenderal Angkatan Udara Kenneth Wilsbach baru-baru ini kepada media Jepang Nikkei Asia.
Sementara itu, proyek militer untuk “pengembangan bahan bakar dan lapangan terbang” di bandara sipil terdekat di pulau itu juga sudah berjalan, menurut juru bicara PACAF.