Perang Israel dan Hamas telah berakhir selama tiga bulan, bahkan semakin meluas. Pada Sabtu (6/1/2024), puluhan tembakan besar dari Lebanon menghantam Israel utara. Hizbullah, kelompok bersenjata Lebanon, mengatakan bahwa mereka menyerang pos pengamatan penting Israel dengan 62 roket sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan wakil ketua Hamas. Kegelisahan meningkat setelah wakil pemimpin Hamas dibunuh oleh pesawat tak berawak di Lebanon. Pada perang di Gaza, serangan Israel telah menewaskan 22.600 orang dan menghancurkan daerah kantong padat penduduk yang berpenduduk 2,3 juta orang. Amerika Serikat (AS) da Uni Eropa pun tengah memulai dorongan diplomatik baru, memperhatikan perang di Gaza agar dampaknya tidak meluas ke Lebanon, Tepi Barat, dan jalur pelayaran Laut Merah. Menurut berbagai sumber, kondisi terkini Gaza mengalami kelaparan, hingga kematian sekitar 22.600 orang. PBB juga memperingatkan bahwa Gaza menjadi “tidak dapat dihuni” karena serangan Israel yang tak kunjung berhenti. Salah satu rumah sakit terbesar di Gaza, Al-Shifa, hampir tidak berfungsi sejak pertengahan November dan membutuhkan intervensi internasional untuk melindungi dan mendukung kompleks tersebut dengan obat-obatan, bahan medis habis pakai, dan bahan bakar. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan para pemimpin Turki dan Yunani pada hari Sabtu untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah akibat perang Israel dan Hamas. Palestina menolak rencana pembangunan Gaza pasca perang, karena masalah tersebut harus ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan Israel.