Jakarta, CNBC Indonesia – Calon presiden (capres) nomor 3 Ganjar Pranowo menyinggung soal proyek kapal selam Indonesia-Korea Selatan yang dibatalkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Ganjar menilai prioritas matra di Tanah Air yang harus diperkuat. Salah satu yang harus diperkuat hari ini adalah laut dan udara. Dia berharap tidak ada alutsista bekas. Oleh karena itu, industri pertahanan di dalam negeri harus kuat. Indonesia harus mampu membuat tank, kapal dan lain sebagainya. Dia kemudian menyinggung proyek kapal selam yang dibatalkan Prabowo.
“Faktanya, hingga saat ini, Kementerian Pertahanan (Kemhan) belum mengeluarkan pernyataan apapun soal proyek kapal selam antara PT PAL dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd. Dalam kerja sama ini, PT PAL Indonesia (Persero) menyebutkan kebutuhan kapal selam dalam negeri sebanyak 12 unit berdasarkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang harus dipenuhi dalam kurun waktu hingga 2024. Dari kerja sama ini Indonesia telah menerima tiga kapal selam, yakni Nagapasa, Ardadedali dan Alugoro. Kerja sama ini berlanjut ke batch II. Di dalam perjanjian, batch II ini terdiri dari pembangunan tiga kapal selam Changbogo Class. Pada awal 2023, DSME berganti nama menjadi Hanwha Ocean. Pada Juni 2023, Hanwha mengaku tengah menanti tanda tangan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto atas kepastian pembangunan tiga kapal selam Changbogo Class batch II. Tanda tangan Prabowo sangat dinanti, karena Hanwha harus membeli bahan material dari Eropa. Misalnya untuk membuat radar. Isu pembatalan ini sebenarnya sudah muncul pada akhir 2020 lalu. Saat itu, Indonesia dikatakan membatalkan kerja sama dengan Hanwha yang masih bernama Daewoo ini. Kabarnya, kebutuhan kapal selam ini nantinya akan dipenuhi dari negara lain. Saat itu, pemerintah memang sempat mendapat tawaran dari negara lain soal pengadaan kapal selam seperti dari Turki, Rusia, hingga Prancis.
[Gambas:Video CNBC] Artikel Selanjutnya Kaesang Disambut Drum Band Di Kediaman Prabowo (haa/haa)