Pengamat dan Praktisi Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tumbur Parlindungan menilai perlu upaya lebih keras dari pemerintah untuk menarik minat investor migas menanamkan investasinya di Indonesia. Pasalnya, mereka memiliki peluang besar untuk tidak hanya berpartisipasi dalam industri migas di Indonesia.
Oleh sebab itu, ia pun meminta agar pemerintah dapat meningkatkan daya saing investasi untuk industri hulu migas. Apalagi, Indonesia juga berkompetisi dengan sejumlah negara lain di dunia.
Bahkan, lanjutnya, Indonesia kini kalah menarik dibandingkan negara di Afrika seperti Mozambik, dalam hal investasi di hulu migas.
“Kita kompetisi dengan negara-negara lain yang mengundang investor, baik di migas maupun yang lainnya. Misalnya, seperti sekarang Guyana Mozambik itu sangat menarik untuk para industri migas untuk berinvestasi dibandingkan dengan Indonesia, kira-kira seperti itu,” kata Tumbur dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (9/1/2024).
Sebagaimana diketahui, upaya Pemerintah Indonesia untuk mengejar target kenaikan produksi yang signifikan kemungkinan cukup sulit. Terutama, apabila hanya mengandalkan lapangan minyak yang sudah berusia uzur.
Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menjelaskan, perlu upaya ekstra bagi pemerintah untuk dapat menggenjot kenaikan produksi minyak. Sebab, apabila hanya mengandalkan produksi dari lapangan tua cukup mustahil.
Menurut dia, kenaikan produksi minyak dapat terjadi apabila sudah ada investasi dan produksi dari lapangan-lapangan baru yang skalanya cukup besar. Misalnya sekelas Blok Cepu atau Blok Rokan.
“Yang akan membuat produksi naik adalah kalau sudah ada investasi dan produksi dari lapangan-lapangan baru yang skalanya besar seperti sekelas Blok Cepu atau Rokan misalnya. Harus berhasil dulu eksplorasinya atau upaya EOR nya di lapangan besar sekelas itu, baru akan bisa naik produksi,” kata Pri Agung kepada CNBC Indonesia, Senin (6/11/2023).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi minyak siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya mencapai 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, tak hanya target lifting minyak yang meleset, tapi juga lifting gas yang hanya 964 ribu barrels oil equivalent per day (BOEPD) pada 2023. Angka itu di bawah target sebesar 1,1 juta BOEPD.
“Lifting minyak dan gas semua di bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph dan realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, dikutip Rabu (2/1/2024).