Artikel ini ditulis oleh Sir Hew Strachan dan Andreas Herberg-Rothe, diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Bab III: Catatan Utama Buku-Buku Strategi Militer. Mereka mengungkapkan bahwa perang modern berbeda dengan perang jaman Clausewitz dan Napoleon. Selain perbedaan teknologi, ekonomi dunia kini semakin terhubung, mayoritas pemerintahan negara menganut demokrasi, dan konflik sering kali terjadi antara kelompok bersenjata yang menggunakan taktik gerilya.
Namun demikian, pemikiran-pemikiran Clausewitz di buku “On War” masih relevan dalam konteks perang modern. Ilmu pertahanan tidak bisa lepas dari sejarah dan teori perang. Para pemimpin militer yang efektif harus memahami sejarah perang dan teori perang.
Dalam buku tersebut, penulis membuat resensi tentang buku Clausewitz, seorang Jenderal perang Prussia yang menulis tentang teori perang di buku “On War”. Teori Clausewitz tentang perang sebagai kelanjutan politik telah menjadi acuan banyak pimpinan militer dunia. Meskipun banyak perubahan terjadi, pertanyaan mengenai apakah perang masih tetap sebagai perpanjangan politik tetap relevan.
Perang modern semakin kompleks dengan meningkatnya kemampuan kelompok bersenjata non-negara dan meningkatnya aliansi pertahanan. Konsepsi pertahanan pun berubah menjadi pertahanan bersama. Demokrasi juga memainkan peran penting, di mana persetujuan rakyat menjadi krusial dalam sebuah operasi militer.
Meskipun perang modern semakin kompleks, politik modern juga semakin kompleks. Namun, thesis utama Clausewitz bahwa perang adalah kelanjutan dari politik tetap berlaku. Oleh karena itu, selain memahami sejarah dan teori perang, seorang pemimpin militer yang efektif juga harus memahami politik dan filosofi.
Sumber: https://prabowosubianto.com/clauzewitz-in-the-twenty-first-century/