Biden Menanggapi Serangan Militer AS di Yordania dengan Tiga Kematian, Rencana Tindakan Selanjutnya

by -56 Views

Presiden AS Joe Biden bersumpah untuk merespons serangan pesawat tak berawak ke militernya di Yordania, Minggu. Peristiwa ini sebelumnya telah menewaskan tiga orang.

“Bahkanalami hari yang berat tadi malam di Timur Tengah. Kami kehilangan tiga jiwa pemberani,” ujar Biden saat mengunjungi Carolina Selatan, dikutip AFP, Senin (29/1/2024).

Biden menyalahkan militan yang didukung Iran atas kematian militer AS yang merupakan yang pertama di wilayah tersebut sejak perang Israel-Hamas dimulai.

“Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta mengenai serangan ini, kami tahu bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak,” jelas Biden lagi.

“Ia menambahkan, “Kami akan merespons,” diamini oleh Biden lagi.

Situasi ini dikhawatirkan menambah ketegangan di Timur Tengah. Diketahui sejak Gaza berkecamuk sejumlah konflik terjadi termasuk serangan militer Houthi di Laut Merah dan serangan AS di Yaman.

Saat itu pula, perwakilan Iran di PBB mengatakan kepada kantor berita resmi IRNA bahwa Tehran tidak ada hubungannya dengan serangan itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri juga menolak tuduhan AS dan Inggris.

“Klaim ini dibuat dengan tujuan politik tertentu untuk membalikkan realitas di kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani seperti dikutip IRNA.

Hamas pun memberikan komentar mengenai peristiwa tersebut. Juru bicara Sami Abu Zuhri mengatakan serangan di Yordania adalah pesan kepada pemerintah Amerika.

“Kelanjutan agresi Amerika-Zionis di Gaza berisiko menimbulkan ledakan regional,” kata Abu Zuhri.

Adapun, Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan serangan Minggu mengenai pangkalan dukungan logistik Tower 22. Sebelum mengonfirmasi tiga tewas, dikatakan sebanyak 34 personel juga terluka, di mana delapan di antaranya memerlukan evakuasi.

Para juru bicara pemerintah Yordania Muhannad Mubaidin mengutuk serangan itu. Begitu pula Bahrain dan Mesir.

Meningkatnya konflik Timur Tengah menghadirkan tantangan bagi Biden pada tahun pemilu. Politisi Partai Republik dengan cepat mengecam Biden atas serangan mematikan itu, termasuk pendahulu Biden, Donald Trump.

Ia menggambarkan situasi tersebut sebagai konsekuensi dari kelemahan dan penyerahan diri Joe Biden. Ia menyinggung bagaimana selama ia memimpin, tak ada satupun perang atau kekacauan terjadi, yang melukai warga AS.

Perlu diketahui mengutip Pentagon, pasukan AS dan sekutu di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran lebih dari 150 serangan sejak pertengahan Oktober. Washington telah melakukan serangan balasan di kedua negara tersebut.

Banyak dari serangan terhadap personel AS diklaim oleh Perlawanan Islam di Irak, sebuah aliansi kelompok bersenjata yang terkait dengan Iran dan menentang dukungan AS untuk Israel dalam konflik Gaza.

Konflik terbaru di Timur Tengah saat ini, dimulai dari konflik Israel-Hamas 7 Oktober yang mengakibatkan sekitar 1.140 kematian. Israel membalas dengan serangan militer tanpa henti yang telah menewaskan sedikitnya 26.422 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Kemarahan atas operasi Israel tersebut telah meningkat di seluruh wilayah, dengan kekerasan yang melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran. Ini terjadi baik di Lebanon, Irak dan Suriah serta Yaman.

Hampir setiap hari terjadi baku tembak antara Hizbullah dan Israel di Lebanon. Pasukan AS terlibat langsung di Irak, Suriah dan Yaman.

AS dan Inggris sama-sama melancarkan serangan yang menargetkan milisi Huthi yang didukung Iran di Yaman. Houthi sendiri menyerang kapal-kapal di Laut Merah untuk mendukung warga Palestina di Gaza selama lebih dari dua bulan.