Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menyapa pendukung saat kampanye akbar bertajuk Pesta Rakyat di Kampanye Pesta Rakyat UN 5.
Jakarta, CNBC Indonesia – Media asing masih terus menyoroti perkembangan pemilu presiden (pilpres) RI. Kali ini terkait China dan calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Setidaknya ada dua media yang melakukan itu. Pertama media asal Hongkong, South China Morning Post (SCMP), yang melansir tulisan Bloomberg.
Dikutip Selasa (13/2/2024), laman itu memuat bagaimana Prabowo digadang-gadang kemungkinan besar bisa menjadi pemenang pilpres. Ia kemungkinan akan melanjutkan strategi ekonomi Jokowi yang didasarkan pada hubungan bisnis dengan China.
“Perusahaan-perusahaan China kemungkinan besar akan mendapatkan keuntungan terbesar mengingat hubungan ekonomi positif yang telah dibangun antara Jokowi dan Beijing,” tulisnya memuat pengamat lokal, analis utama Indonesia di perusahaan penasihat kebijakan Global Counsel Dedi Dinarto, dalam artikel berjudul ‘Chinese Companies Set to Benefit If Front-runner Prabowo Subianto Seals Victory in Indonesian Presidential Election’.
“Kesinambungan ekonomi merupakan hal penting dalam janji kampanye Prabowo, dan dalam sebuah langkah yang menuai kritik dari beberapa sekutu presiden, ia mencalonkan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presidennya,” tambahnya.
Media lain yang menyebut ini adalah Australian Financial Review (AFR). Ditulis bagaimana investasi China di Indonesia yang masuk di era Jokowi dan perkiraannya bila Prabowo memenangkan pemilu. Media itu juga menyoroti pernyataan spontan Prabowo pada dialog Shangri-La tahun 2022 di Singapura yang memberikan wawasan tentang pendekatannya terhadap China. Di mana ada pujian yang dilontarkan ke negeri Presiden Xi Jinping itu.
“China telah menjadi peradaban yang hebat,” kata Prabowo di hadapan para petinggi militer dan pertahanan dari seluruh dunia, sebagaimana dituliskan AFR dalam artikel berjudul ‘How Indonesia’s Election Will Shift Cosy China Relationship’.
“Mereka telah menjadi pemimpin Asia selama ribuan tahun. Saya sudah mengatakan itu berkali-kali. Pengaruh mereka menyebar ke seluruh Asia Tenggara. Jadi kami mendesak semua orang untuk menghormati kebangkitan China, kembali ke posisinya sebagai peradaban besar,” tambahnya.
Meski begitu, media itu tetap menyinggung bagaimana Prabowo juga menginginkan hubungan pertahanan yang lebih erat dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat. Hal ini diwujudkan dari diskusi yang sedang berlangsung antara Jakarta dan Canberra seputar kemitraan pertahanan baru, sebuah inisiatif yang lahir pada masa jabatan Prabowo.
“Orang bilang Jokowi sangat dekat dengan China. Namun orang-orang di lingkaran dalamnya mengatakan satu-satunya alasan dia dekat dengan Beijing adalah karena China memberinya semua insentif dengan semua investasinya,” muat laman itu menulis pengamat lokal, profesor di Universitas Jenderal Achmad Yani di Jawa Barat, Yohanes Sulaiman.
Ia mengatakan sebenarnya masih ada ruang untuk lebih banyak keberagaman investasi bagi penerus Jokowi. Namun, tak dipungkiri bagaimana Beijing lebih menarik lantaran insentif yang diberikan.
“Investasi ini belum datang dari AS dan mitra perjanjiannya. Jika China memberikan uang, maka Jokowi akan melakukannya. Namun jika AS atau Australia memberinya banyak uang maka ia akan segera beralih,” tambahnya lagi.