CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang Satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Pilihan Terbaik

by -213 Views

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi hitung cepat beberapa lembaga menunjukkan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan kemenangan tersebut bisa diraih dalam satu putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menganalisis bahwa kemenangan ini sebenarnya sudah diprediksi melihat dari tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyebut keunggulan pasangan calon tersebut terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count (QC) dari beberapa lembaga survei menegaskan kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sekitar 57-58 persen,” kata Arya melalui keterangan resmi, Rabu (21/2).

Selain memenangkan Pilpres, Arya juga mengatakan bahwa angka kemenangan mereka adalah yang tertinggi yang pernah dicapai oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden di era sebelumnya.

“Dengan angka tersebut hampir dipastikan bahwa pemilu presiden akan selesai dalam satu putaran. Rekor ini berhasil mengalahkan angka Presiden Joko Widodo sebelumnya sebesar 55,50 pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari hasil quick count yang dilakukan oleh CSIS bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir mendominasi di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan untuk pasangan usungan Koalisi Indonesia Maju juga jauh lebih tinggi dibandingkan pasangan calon lainnya. Arya menyebut bahwa angka dukungan tersebut telah memenuhi syarat kemenangan dalam Pilpres sesuai Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Pasal tersebut menyatakan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya split-ticket voting dari pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi ini tentu menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya menerima suara dari basis partainya sendiri, tetapi juga dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Faktor lain yang turut menyumbang pada kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan situasi ekonomi yang dianggap baik. Arya menyebut bahwa masyarakat melihat hal ini dari peningkatan alokasi anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga terlihat dari perubahan strategi tim kampanye yang menjalankan kampanye melalui platform TikTok dan melibatkan influencer dalam tim kampanye nasional. Konten-konten Prabowo yang diunggah di TikTok hampir selalu menjadi viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meskipun demikian, Arya menyebut bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal, terutama melalui hasil survei yang signifikan sejak November 2023. Ia mengatakan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan calon lain harus berpikir strategis, bahkan fokus pada pemilu lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang tinggi, sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Yang masih bisa dilakukan pada saat itu adalah untuk ‘memaksa’ agar pemilu presiden berlangsung dalam dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, lanjut Arya, menganalisis bahwa strategi memenangkan hati pemilih dari pasangan calon 01 dan 03 berbeda di akhir masa kampanye.

“Untuk mempengaruhi sikap pemilih di akhir masa kampanye, Anies Baswedan memilih untuk melonggarkan ‘serangan’ pada debat terakhir calon presiden. Sebaliknya, Ganjar malah semakin agresif dalam menyerang,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 memperkuat proses demokrasi yang telah berlangsung sejak reformasi tahun 1998. Setelah enam kali pemilu sejak periode tersebut, Indonesia masih memilih demokrasi sebagai pilihan terbaik dalam menghadapi masalah domestik dan global di masa depan.

“Setiap pemilu kita melihat pergantian kekuasaan. Perubahan politik terjadi dengan cepat, sehingga kita harus cepat beradaptasi. Meskipun demikian, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan nasional dan internasional,” katanya.

“Kita membutuhkan seorang pemimpin yang demokratis untuk memimpin lebih dari 270 juta penduduk di negara ini, menghadapi tantangan domestik dan global yang semakin berat. Kabinet yang kompeten dan berpengalaman sangat diperlukan,” tambah Arya. (SENOPATI)

Source link