Respons Hamas atas Militer AS yang Membakar Diri Demi Bela Palestina

by -100 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Hamas mengatakan anggota Angkatan Udara AS, Aaron Bushnell, yang tewas setelah membakar dirinya di luar kedutaan Israel di Washington akan “tetap abadi” karena protes anti-perangnya yang mengejutkan. Rekaman aksi bakar diri tersebut dibagikan secara luas secara online, dan kelompok militan tersebut mengatakan bahwa hal tersebut merupakan “ekspresi kemarahan yang makin meningkat di kalangan rakyat Amerika” atas perang Israel-Hamas di Gaza.

Perang tersebut dipicu oleh serangan mendadak kelompok militan Palestina pada tanggal 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan resmi AFP.

Militer Israel melancarkan respons yang menghancurkan, yang bertujuan untuk menghancurkan Hamas, yang dalam waktu kurang dari lima bulan telah menewaskan hampir 30.000 orang di Jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

“Penerbang itu akan tetap abadi dalam ingatan rakyat Palestina dan rakyat bebas di dunia, dan simbol semangat solidaritas kemanusiaan global terhadap rakyat kami dan perjuangan mereka,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan dalam bahasa Inggris, dikutip dari AFP, Rabu (28/2/2024).

Dalam rekaman protes pada Minggu, Bushnell yang mengenakan seragam militer menyatakan dia “tidak akan terlibat dalam genosida” sebelum menyiram dirinya dengan cairan, membakar dirinya sendiri dan berteriak “Bebaskan Palestina!” sampai dia pingsan.

Beberapa anggota Partai Demokrat yang dipimpin Presiden AS Joe Biden berusaha menekannya agar mendukung Israel, di mana para pemilih Arab-Amerika di Michigan berjanji untuk memilih “tanpa komitmen” atau menulis dalam “Bebaskan Palestina” pada surat suara mereka dalam pemilihan pendahuluan di negara bagian tersebut pada Selasa.

Gedung Putih telah mencoba meredakan kekhawatiran para pemilih Arab dan Muslim dengan menggambarkan presiden tersebut frustrasi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.