Menperin Menunjukkan Ketangguhan Manufaktur Indonesia, Hanya Bersaing dengan Negara Tertentu

by -150 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa hanya ada dua negara yang berhasil mencetak Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur di level ekspansif selama 30 bulan berturut-turut. Salah satunya adalah Indonesia.

“Nilai PMI yang ekspansif di atas 50 poin dengan rekor 30 bulan berturut-turut menunjukkan tren positif dalam kondisi bisnis dan ekonomi Indonesia, hanya ada dua negara yaitu Indonesia dan India, kita patut berbangga,” kata Agus dalam pembukaan GIICOMVEC 2024, Jumat (8/3/2024).

Dikatakan bahwa pada tahun 2023, perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,05%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh sektor industri pengolahan non-migas yang tumbuh sebesar 4,69% dan sektor industri alat transportasi membuktikan sebagai motor pertumbuhan sebesar 7,63%.

Nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia pada Februari 2024 mencapai 52,56 Poin dan nilai Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan yang sama mencapai 52,7 Poin. Berdasarkan data IKI, sektor otomotif berkontribusi dengan nilai di atas 54 poin.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut juga memberikan dampak positif pada kinerja industri kendaraan niaga dalam negeri. Setelah tertekan akibat pandemi COVID19, industri kendaraan niaga mampu pulih dengan mencatatkan produksi sebesar 215 ribu unit dengan penjualan domestik sebesar 200 ribu unit pada tahun 2023.

“Kinerja ekspor kendaraan niaga juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2021 sampai 2023, di mana pada tahun 2023 nilai ekspor mencapai US$437 juta, naik 33% dari tahun 2022,” kata Agus.

Berdasarkan angkutan orang berupa bus dan jenis angkutan barang baik light duty, medium duty maupun heavy duty truck. Untuk tipe light duty dan pick up, Indonesia sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

“Namun untuk kendaraan double cabin, seluruhnya masih berasal dari impor. Total impor double cabin pada tahun 2022 dan 2023 secara rata-rata hampir mencapai 25 ribu unit/tahun, atau 30% dari total impor secara keseluruhan. Hal ini seharusnya menjadi peluang bagi industri otomotif di dalam negeri untuk mulai memproduksi kendaraan sejenis sebagai substitusi impor untuk pasar dalam negeri dan ekspor,” kata Agus.

Artikel Selanjutnya:
Manufaktur RI Beri Sinyal Buruk, Kemenperin Ungkap Fakta Ini

(dce)