Amerika Serikat (AS), yang sebelumnya memblokir seruan untuk gencatan senjata, tiba-tiba mengajukan rancangan resolusi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Washington mendesak agar terjadi “gencatan senjata” di Gaza, Kamis waktu setempat.
Resolusi AS ini akan diputuskan pada Jumat. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Duta Besar AS, Linda Thomas-Greenfield, Nate Evans, dalam sebuah pernyataan.
AS adalah sekutu utama Israel. Negara itu telah menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk menghalangi seruan gencatan senjata di wilayah Palestina yang terus dibombardir oleh Israel sejak Oktober.
Dalam rancangan resolusi terbarunya, AS menekankan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Evans menjelaskan bahwa upaya diplomasi ini bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan penyanderaan.
Selain itu, AS juga mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan yang ada. Sejak memblokir rancangan resolusi Aljazair pada akhir Februari, AS telah merundingkan teks alternatif yang fokus pada dukungan bagi upaya diplomasi di lapangan untuk gencatan senjata enam minggu dengan imbalan pembebasan sandera.
Sementara itu, bombardir Israel terhadap Gaza terus berlanjut. Setidaknya 70 orang dilaporkan tewas dalam serangan semalam, sehingga total korban tewas akibat serangan Israel mencapai 32.000 orang. Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, kini menjadi pusat konflik setelah berhari-hari diserang oleh Israel.
Perang Gaza dimulai pada 7 Oktober, di mana Hamas melakukan serangan ke Israel dan Israel melakukan serangan balasan. Panel ahli independen PBB menyatakan bahwa anak-anak di Gaza “mati kelaparan” dan mereka tidak memiliki akses makanan yang cukup.
Demikianlah informasi mengenai situasi terkini di Gaza yang disampaikan melalui rancangan resolusi AS di PBB.