Karakter Prabowo Di Dalam dan Luar Negeri

by -18 Views

Heboh di luar negeri, Prabowo bersedia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Apakah Prabowo tidak disukai oleh Vladimir Putin dan pendukung Rusia? Tidak, karena fitrah manusia ingin hidup damai. Dunia tahu, Putin dan Xi Jinping lebih mendengarkan pendapat Prabowo ketimbang Joe Biden.

Heboh di dalam negeri, jauh sebelum Pemilu, Prabowo terus berkomunikasi, bahkan mendatangi mereka yang pernah menyakiti dan melukainya. Apakah Prabowo tidak khawatir ditinggalkan oleh pendukung fanatiknya? Prabowo menjawab, “Dendam tidak memiliki guna, saya tidak memiliki dendam.”

Prabowo sama di dalam dan luar negeri, ia bicara dari hatinya dengan bahasa Indonesia dan asing dengan baik. China, Amerika dan aliansinya memahami peringatan Prabowo tentang bahaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Prabowo mengatakan, “Nasionalisme, patriotisme, dan kepentingan nasional harus disertai dengan rasa kemanusiaan.”

Di dalam negeri, Prabowo memiliki hubungan yang baik dengan seluruh mantan Presiden. Prabowo meminta untuk tidak dipuja berlebihan. “Saya merasa tidak nyaman ketika dipuji berlebihan, karena ada jutaan pahlawan tanpa nama yang lebih berjasa daripada saya,” kata Prabowo.

Di luar negeri, Prabowo diterima oleh negara manapun. Meskipun mereka menyadari bahwa Prabowo menilai beberapa negara barat menerapkan “standar ganda” terhadap Palestina. Namun mereka tetap menghormati Prabowo karena pendiriannya yang kuat, Prabowo ingin negara Palestina dan negara Israel hidup bersama dalam damai. Prabowo yakin bahwa berbagai agama dapat hidup berdampingan.

Keluar, Prabowo mendorong perdamaian dunia, sementara di dalam negeri, ia menjaga persatuan. Lahir dari pasangan yang berbeda agama, membuat Prabowo mampu mengoperasikan perbedaan sebagai kekuatan.

Prabowo tidak ditakuti, meskipun orang-orang bebas menyebutnya dengan berbagai julukan negatif. Namun Prabowo disegani karena ia telah melewati berbagai ujian keikhlasan.

Oleh: Hariqo Wibawa Satria M.HI, Direktur Eksekutif Komunikonten, Alumnus Pascasarjana Jurusan Hubungan Internasional Universitas Paramadina, Jakarta.

Source link