Alasan Sebenarnya Dua Raksasa Eropa Tinggalkan Proyek di Indonesia

by -16 Views

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan alasan di balik mundurnya dua perusahaan raksasa asal Eropa, Eramet dan BASF, dari proyek pabrik nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera, Maluku. Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah, menjelaskan bahwa kedua perusahaan tersebut masih mempertimbangkan arah pasar kendaraan listrik global.

Agus menuturkan bahwa meskipun kedua perusahaan tersebut mundur, masih ada kemungkinan bagi mereka untuk menjual cadangan produknya ke pabrik baterai kendaraan listrik yang dibangun di dalam negeri. Menteri ESDM Arifin Tasrif juga menegaskan bahwa pemerintah akan mencari mitra lain untuk melanjutkan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik tersebut.

Eramet dan BASF sebelumnya telah menandatangani perjanjian untuk membangun pabrik nikel-kobalt senilai US$ 2,6 miliar di Weda Bay. Namun, pertumbuhan penjualan baterai EV di Asia Tenggara dinilai lambat, sehingga kedua perusahaan memutuskan untuk mundur dari proyek tersebut.

Meskipun demikian, Eramet tetap berkomitmen untuk mengevaluasi potensi investasi lain di sektor nikel Indonesia untuk baterai EV. Sementara BASF telah menyatakan bahwa mereka akan menghentikan semua kegiatan terkait proyek Weda Bay. Pasokan bahan baku untuk produksi bahan aktif katoda prekursor masih dianggap penting bagi bisnis baterai BASF.

Dengan berubahnya pasar nikel global, BASF tidak melihat perlunya investasi besar untuk memastikan pasokan logam yang kuat bagi bisnis baterainya. Sebagai informasi, proyek pabrik nikel-kobalt di Weda Bay ini awalnya didirikan untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik.