MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -147 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang handal. Dia juga sangat mahir berenang. Biasanya, seseorang yang mahir dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, atau sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat baik di kedua bidang tersebut. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat mahir dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira TNI yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi para bawahannya dan generasi berikutnya.

Ketika saya diangkat menjadi Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

’Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Panglima TNI Angkatan Darat. Dia pernah menjadi PANGDAM Kalimantan. Dia sekarang sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala sekolah Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah junior saya seumur. Kami sudah bersama beberapa waktu. Meskipun ada perbedaan usia, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik saya sendiri. Ketika kami masih lajang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Ketika saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditugaskan ke Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Sandi saya adalah Kancil; sedangkan dia Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia berhasil sebagai perwira lapangan.

Sejak menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga anggota tim renang AKMIL; dan juga penembak yang handal.

Dia mencuat sebagai perwira muda di KOPASSUS. Saat saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasanku untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komando Frogmen unit kontra-teror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan tempur bersama Pak Tono.

Selama karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan Pasukan Para-Commando KOPASSUS 1. Dia juga menggantikan saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari seluruh KODAM. Kompi-kompi ini secara khusus dilatih dalam taktik anti-pemberontak, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali ditugaskan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Mereka adalah pelopor dari Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Panglima TNI AD.

 

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang handal. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu, dll. Dia juga sangat mahir berenang, tidak heran, karena dia pernah memimpin Komando Frogmen Detasemen 81. Dia berlatih dengan Komando Frogmen elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga seorang penyelam tempur dan terjun payung bebas yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang sangat mahir dalam terjun payung tidak bisa menyelam, begitu juga sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat baik di kedua bidang tersebut. Dia juga sangat mahir dalam karate. Dia adalah orang yang sangat berbakat. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah contoh yang baik dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk meningkatkan Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda saat itu, saya terlibat dalam menyusun konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang sesuai untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya bertanya kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

Siap. Saya bersedia!’ jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Panglima TNI AD. Dia pernah menjadi Komandan Komando Teritorial di Kalimantan. Dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala sekolah Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah ini sebagai ‘wadah’ untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang luar biasa yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin unggul, kunci bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah junior saya yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, seharusnya dia menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah perwira komando yang lebih baik dari saya, dan mungkin juga Komandan KOSTRAD.

Source link