Jakarta, CNBC Indonesia – Lebih dari 100 buaya Siam terancam punah dibunuh oleh seorang petani buaya asal Thailand. Ini dilakukan karena topan merusak kandang mereka.
Topan menyebabkan tembok kandang terancam runtuh. Natthapak Khumkad, petani itu, mencoba mencari kandang baru bagi para buaya.
Namun tidak ada yang cukup besar atau aman menampung semuanya. Beberapa hewan itu memiliki panjang hingga 4 meter.
Untuk mencegah buaya lepas dan menyerang masyarakat, Natthapak memutuskan untuk membunuh 125 buaya pada 22 September 2024. Dia mengaku keputusannya sangat sulit, namun karena dampaknya terlalu besar kepada banyak orang akhirnya diputuskan membantai hewan tersebut.
“Keluarga saya dan saya berdiskusi jika tembok itu runtuh, kerusakan pada orang lain jauh lebih besar dari yang bisa dikendalikan. Itu melibatkan kehidupan orang dan keselamatan publik,” kata Natthapak, dikutip dari CNN Internasional, Sabtu (28/9/2024).
“Saya harus membuat keputusan dalam waktu kurang dari 24 jam saat melihat erosi sangat cepat,” ucapnya menambahkan.
Semua buaya itu dibunuh dengan cara disetrum. Salah satunya adalah Ai Harn, buaya jantan tertua dengan panjang 4 meter.
Keputusan Natthapak didukung oleh kepala kantor perikanan Lamphun, Pornthip Nualanong. Dia menjelaskan Natthapak memberitahu kantor perikanan saat hujan lebat mengancam tempatnya.
“Ini adalah keputusan berani dan bertanggung jawab, karena jika ada buaya dewasa yang berkeliaran bebas di sawah di dekatnya, itu akan menimbulkan risiko pada keselamatan publik,” jelasnya.
Bulan ini, Topan Yagi menyerang China selatan dan Asia Tenggara. Topan itu merupakan badai terkuat tahun ini dengan curah hujan tinggi dan angin kencang.
Hujan deras membanjiri Thailand utara. Dampaknya rumah-rumah hingga desa di tepi sungai tenggelam, 9 orang menjadi korban kejadian tersebut.
(npb/wur)