Amerika Serikat (AS) sedang bersiap-siap untuk evakuasi sebagian staf kedutaannya di Irak karena meningkatnya risiko keamanan di wilayah Timur Tengah. Keputusan ini dibuat setelah adanya pasang surut situasi di kawasan tersebut, yang membuat Departemen Luar Negeri AS mempertimbangkan tindakan evakuasi. Pemerintahan AS juga akan mengevakuasi sejumlah keluarga militer yang berada di Baghdad dan akan menempatkan mereka sementara di Bahrain.
Sementara itu, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah antara AS, Israel, dan Iran telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas. Meskipun Irak merupakan mitra regional bagi AS, kehadiran pasukan militer dari Iran dan faksi-faksi bersenjata yang terkait dengan mereka menyebabkan kekhawatiran akan eskalasi konflik. Presiden AS terdahulu, Donald Trump, telah mengancam untuk menyerang Iran jika negosiasi mengenai program nuklirnya tidak berhasil, yang kemudian diikuti dengan penambahan aset militer AS di kawasan tersebut.
Dalam situasi ini, Menteri Pertahanan Iran mengklaim bahwa negaranya akan membalas serangan jika menjadi target, termasuk dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer AS di wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru bagi AS dan sekutunya di kawasan tersebut, seperti Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Dampak dari ketegangan ini telah terasa pada pasar minyak, di mana harga minyak berjangka naik tajam setelah pemberitaan evakuasi staf kedutaan AS di Irak.