Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perubahan signifikan dalam pendekatan perdagangan global AS dengan menolak rencana sebelumnya untuk menegosiasikan puluhan kesepakatan dagang bilateral. Mulai tanggal 4 Juli 2025, Washington akan memberitahukan negara mitra dagang mengenai tarif impor baru yang akan dikenakan saat barang mereka memasuki pasar AS. Trump menegaskan bahwa mengesampingkan rencana sebelumnya untuk membuat banyak kesepakatan adalah langkah yang lebih realistis karena kompleksitasnya yang tinggi.
Langkah baru ini melibatkan pengiriman surat resmi kepada kelompok 10 negara sekaligus, dengan tarif yang berkisar antara 20% hingga 30%. Perubahan ini juga menandai perubahan dari janji sebelumnya Trump untuk menyelesaikan hingga 90 kesepakatan dagang dalam waktu 90 hari. Selain itu, dalam update terkait perang dagang Trump, AS mulai melonggarkan pembatasan ekspor ke China, termasuk perangkat lunak desain chip dan etana.
Presiden Trump juga telah mencapai kesepakatan dagang dengan Vietnam, di mana tarif impor atas barang-barang Vietnam akan ditetapkan sebesar 20%, jauh lebih rendah dibanding ancaman sebelumnya. Namun, Trump juga menekankan bahwa barang dari Vietnam yang masuk ke AS melalui negara lain, seperti China, akan dikenakan tarif lebih tinggi. Sementara itu, perusahaan Eropa seperti Mercedes-Benz Group AG dan LVMH sedang menekan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS guna menghindari ancaman tarif Trump.
Menteri Keuangan AS, Bessent, memperingatkan bahwa sekitar 100 negara berpotensi dikenakan tarif “timbal balik” sebesar 10% jika tidak mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum tanggal 9 Juli. Keputusan terkait perpanjangan tenggat waktu sepenuhnya bergantung pada Presiden Trump, yang juga telah menaikkan tarif untuk Jepang. Saat ini, Amerika Serikat tengah menghadapi dinamika yang kompleks dalam negosiasi perdagangan global, yang dapat mempengaruhi hubungan dagang dengan banyak negara di seluruh dunia.