Kisah Al Ula: Kota Arab yang Terkutuk, Destinasi Wisatawan Terlarang

by -148 Views

Arab Saudi terus menonjolkan potensi pariwisata yang dimilikinya. Ini merupakan langkah Negeri Petro Dollar itu untuk berpindah dari ketergantungannya terhadap minyak, yang dipaparkan dalam Visi Saudi 2030. Salah satu tempat yang saat ini menjadi lokasi wisata andalan adalah Al Ula, yang terletak 300 km Utara Madinah. Selama berabad-abad, wilayah ini merupakan persimpangan geografis dan budaya, tempat pertemuan dan pertukaran. Ini menarik wisatawan dari seluruh dunia, dan sejak tahun 2020 para pengunjung telah datang kembali.
Riyadh sendiri telah memiliki rencana regenerasi yang ambisius bertujuan untuk menarik dua juta pengunjung pada tahun 2035 dan menjadikan Al Ula museum hidup terbesar di dunia, tujuan unik dan untuk seni, budaya, warisan budaya, dan wisata alam. Daerah gurun yang luas ini, sekitar setengah luas Denmark, dibelah oleh lembah yang subur, dan dihiasi dengan singkapan batu pasir yang menjulang tinggi serta monumen-monumen yang berusia ribuan tahun. Monumen paling terkenal di Al Ula berada di kota kuno Hegra, kadang-kadang disebut sebagai ‘Petra kedua’. Hal ini karena Petra adalah ibu kota kerajaan Nabataean, dan Hegra berada di selatan kerajaan ini. Terkenal dengan makam indahnya yang diukir dari formasi batuan, Hegra adalah Situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Arab Saudi. Keindahan alam dan sejarah ini pun juga diperkuat oleh kehadiran monumen baru yang dibuat oleh Pemerintah Arab Saudi yakni Maraya. Maraya adalah bangunan tertutup cermin terbesar di dunia, dan pada waktu-waktu tertentu, bangunan tersebut tampak menguap ke gurun di sekitarnya. Gedung yang namanya berarti “cermin” atau “pantulan” dalam bahasa Arab ini adalah gedung konser berkapasitas 500 kursi, pusat komunitas, dan ruang acara yang pernah menjadi tempat pertunjukan artis seperti Alicia Keys, Andrea Bocelli, Enrique Iglesias, dan John Legend. Sementara itu, untuk menopang kebutuhan turis. jalur trem rendah karbon sepanjang 46 km akan menghubungkan Bandara Internasional Al Ula ke lima distrik. Jalur ini sebagian besar mengikuti rute yang digunakan berabad-abad yang lalu oleh para peziarah di jalur kereta Hijaz. Nantinya, bila semua terwujud sesuai rencana, pada tahun 2035 diharapkan akan tercipta 38.000 lapangan kerja baru di Al Ula dan jumlah penduduk di kawasan ini akan bertambah menjadi 130.000 jiwa, sehingga memberikan kontribusi sebesar US$ 32 miliar (Rp 49 triliun) terhadap PDB negara tersebut.
Sejarah Kelam Kota ‘Terkutuk’
Namun nyatanya, di balik menariknya Al Ula, ada sejarah kota itu yang cukup gelap. Ini terjadi saat Nabi Muhammad SAW melintasi kota yang dulunya dihuni kaum Nabatean itu. Mengutip Deen Diary, beberapa ayat Al Quran telah menyusun sejarah Al Ula dalam Islam dengan sejumlah Ayat tentang kisah Nabi. Surat ‘Al-Hijr’ yang diturunkan dalam Al-Qur’an dari berdasarkan Al-Hijr atau Madain Saleh Al Ula yang mengingkari ajaran Allah SWT. Hadis juga ikut memperhatikan tempat ini. Diriwayatkan dalam Hadits bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mencapai tempat itu namun menolak untuk meminum air yang disajikan dan memutuskan minum dari sumur yang biasa diminum oleh unta-Nya.