Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan penerimaan negara bukan pajak atau PNBP mencapai Rp 605,9 triliun sepanjang 2023. Pencapaian ini tumbuh 1,7% dari tahun lalu. Namun, berhasil melampaui target hingga 137%.
Sri Mulyani pun bangga karena pencapaian ini terjadi di tengah moderasi harga komoditas dan ketidakpastian kondisi global. Dia mengaku pada awal penyusunannya, target PNBP dibuat konservatif. Pasalnya, dia melihat harga batu bara saat itu turun 60% dan minyak kelapa sawit turun lebih dari 18%.
“Jadi waktu itu kita sudah perkirakan penerimaan PNBP karena harga komoditas jatuh, tapi ternyata PNBP bisa kita tingkatkan kinerjanya,” kata Sri Muluyani dalam Konferensi Pers APBN KITA 2023 Selasa (2/1/2023).
Dia juga mengakui kinerja PNBP yang tumbuh ini disebabkan oleh upaya menaikkan tarif royalti batu bara. Langkah ini merupakan amanat dari PP No. 26 Tahun 2022.
“Naiknya tarif royaltinya waktu itu banyak suara. Harga batu bara tinggi kita dapat dari pajak mapun PNBP, kita yang kita collect,” ungkapnya. Kemudian, royalti ini juga meningkatkan setoran dividen BUMN terutama perbankan dan nonperbankan.
Sepanjang 2023, penerimaan dari kekayaan negara dipisahkan (KND) tercatat mengalami pertumbuhan 102,1% menjadi Rp 82,1 triliun pada 2023. Kemudian pendapatan SDA nonmigas juga meningkat tipis 15% menjadi Rp 138 triliun. PNBP migas mengalami kontraksi sebesar 21,5% menjadi Rp 116,8 triliun pada 2023.
Penerimaan yang juga susut adalah PNBP lainnya yang turun 8,5% menjadi Rp 179,6 triliun pada akhir 2023. Pendapatan BLU juga tercatat turun tipis 0,5% menjadi Rp 89,4 triliun pada 2023.