Kemenperin Khawatir dengan Fenomena Pabrik yang Menghabiskan Stok Pesanan Lama

by -83 Views




Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengaku khawatir dengan fenomena baru yang terjadi di industri manufaktur nasional. Pabrikan saat ini cenderung hanya fokus menghabiskan stok barang yang ada.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, hasil analisis data Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Agustus 2024 menunjukkan, isu pelemahan daya beli masyarakat, khususnya di dalam negeri, masih membayangi pertumbuhan industri pengolahan (manufaktur) nasional.

Hal itu, ujarnya, tampak pada korelasi antara IKI dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 0,25.

Dia menjabarkan, IKI bulan Agustus 2024 bertahan ekspansi di 52,4 dari posisi bulan Juli 2024. Namun, lebih rendah 0,82 poin dibandingkan IKI Agustus 2023 yang tercatat mencapai mencapai 53,22.

Kinerja IKI Agustus 2024, jelasnya, ditopang oleh 20 subsektor yang dilaporkan mengalami ekspansi, dengan kontribusi terhadap PDB Triwulan II 2024 sebesar 94,6%.

“Jika dilihat lebih detail, kondisi IKI bulan ini masih stabil akibat variabel pesanan baru yang mengalami peningkatan ekspansi sebesar 1,74 poin dari 52,92 menjadi 54,66. Serta peningkatan ekspansi variabel persediaan produk sebesar 0,01 poin menjadi 55,54,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (30/8/2024).

Meski demikian, sebutnya, variabel produksi masih menunjukkan pendalaman kontraksi sebesar 2,90 poin menjadi 46,54.

“Kondisi itu cukup mengkhawatirkan. Mengingat, fenomena tersebut menunjukkan perusahaan masih menghabiskan stok untuk memenuhi pesanan dan tidak diimbangi dengan penambahan produksi,” paparnya.

“Kondisi ini terjadi hampir di seluruh subsektor. Hanya beberapa sektor yang variabel produksinya mengalami ekspansi yaitu Industri Tekstil, Industri Kayu, Industri Pengolahan lainnya, serta Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan,” ungkap Febri.

Di sisi lain, ungkapnya, tren IKK menunjukkan penurunan. Baik pada keyakinan konsumen akan penghasilan maupun ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha pada bulan Juli 2024, dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Hal itu, terang Febri, ditengarai akibat penurunan jumlah tenaga kerja industri. Terlihat pada terjadinya lonjakan porsi cicilan pinjaman dan penurunan porsi tabungan sehingga memperdalam fenomena “mantab” (makan tabungan) untuk konsumsi.




Rilis IKI Agustus 2024, Kamis (29/8/2024) , tangkapan layar Youtube KemenperinFoto: Rilis IKI Agustus 2024, Kamis (29/8/2024) , tangkapan layar Youtube Kemenperin
Rilis IKI Agustus 2024, Kamis (29/8/2024) , tangkapan layar Youtube Kemenperin

3 Subsektor Kontraksi

Febri menuturkan, ada 3 subsektor yang mengalami kontraksi IKI. Yaitu Industri Tekstil, Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pengolahan Lainnya.

“Subsektor Industri Tekstil dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas terkontraksi akibat kalah bersaingnya harga produk dalam negeri dengan produk impor yang masuk. Hal ini terkait dengan penurunan daya beli masyarakat yang mendorong untuk memilih konsumsi secara ekonomis,” ujarnya.

“Selanjutnya, subsektor Industri Pengolahan Lainnya terkontraksi akibat penurunan pesanan pada produk alat musik, bulu mata palsu, rambut palsu, ubin keramik, kuas, connector pen, dan korek api gas,” kata Febri.

Dia memaparkan, sejumlah faktor negatif yang memengaruhi IKI bulan Agustus ini antara lain pelemahan PMI negara mitra utama seperti China, Amerika Serikat dan India, kecenderungan kenaikan harga gas dunia pada Agustus 2024, penurunan Indeks Penjualan Riil Juli 2024.

Selain itu, kemungkinan penurunan pengadaan barang jasa pemerintah, serta kondisi China yang dihadapkan pada peningkatan tingkat pengangguran, risiko disinflasi, dan sektor properti yang melemah.

(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Ekonomi China Bikin Cemas, RI Kena Imbas & Kebanjiran Impor Tiongkok!




Next Article



Muncul Tanda-Tanda Ekonomi China Bangkit dari Krisis