“Potensi Patimban untuk Mendukung Industri: Penemuan Menjanjikan”

by -32 Views

Pelabuhan Patimban di Subang belum beroperasi untuk kapal kontainer karena belum dilengkapi dengan crane untuk bongkar muat kontainer dan jaraknya yang jauh dari kawasan industri. Hal ini menjadi kendala bagi para pelaku industri untuk beralih ke Pelabuhan Patimban dari Pelabuhan Tanjung Priok. Menurut Pengamat Transportasi Bambang Haryo Soekartono (BHS), pembangunan Pelabuhan Patimban seharusnya sudah bisa menerima 3,5 juta teus per tahun pada tahun 2023, namun hingga kini belum dapat menerima kapal logistik pengangkut kontainer.

Bambang Haryo mengkritisi bahwa Pelabuhan Patimban belum dilengkapi dengan crane dan kelengkapan pelabuhan lainnya meski biaya pembangunannya mencapai Rp43,22 triliun. Sebagai perbandingan, Pelabuhan Kuala Tanjung Medan dengan biaya investasi yang lebih rendah sudah bisa menerima 80.000 teus per tahun. Demikian juga Pelabuhan Makassar New Port, yang memiliki kapasitas 2,5 juta teus per tahun.

Pelabuhan Patimban direncanakan dibangun dalam tiga tahap dengan target kapasitas 7,5 juta teus, namun hingga kini belum ada satupun teus yang tersedia di pelabuhan tersebut karena belum adanya crane. Selain itu, jarak Pelabuhan Patimban dengan kawasan industri proyek strategis nasional Kawasan Industri Subang Smartpolitan yang jauh juga menjadi salah satu hambatan.

Tidak hanya masalah crane, panjang dermaga Pelabuhan Patimban yang hanya 840 meter juga tidak mencukupi untuk menampung kapal dengan target muatan 7,5 juta teus. Selain itu, kurangnya konektivitas jalur logistik antara kawasan industri dengan pelabuhan atau bandara juga menjadi kendala. Bambang Haryo menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap kajian pembangunan kawasan industri dan jalur transportasi untuk mendukung pengembangan industri dan pertumbuhan ekonomi nasional.