Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov telah mengeluarkan perintah tembak-bunuh terhadap pengunjuk rasa untuk mencegah kerusuhan akibat aksi anti-Israel. Ini terjadi setelah ribuan massa menyerbu bandara Makhachkala untuk mencari pesawat asal Israel dan warga Yahudi.
Dalam akun Telegram milinya, Kadyrov telah menginstruksikan Kementerian Dalam Negeri dan pasukan Garda Nasional untuk menahan siapapun yang turun ke jalan di Republik Chechnya di Kaukasus Utara Rusia. Wilayah ini diketahui mayoritas penduduknya beragama Muslim.
“Jika tidak, berikan tiga tembakan peringatan ke udara, dan jika orang tersebut tidak mematuhi hukum setelahnya, berikan tembakan keempat di dahi,” kata pemimpin Chechnya tersebut dikutip The Moscow Times, Rabu (1/11/2023).
“Tidak ada orang lain yang akan keluar (untuk memprotes). Ini pesan saya.”
Kadyrov, 47 tahun, telah memerintah Republik Chechnya di Kaukasus Utara dengan tangan besi sejak tahun 2007. Wilayah tersebut hancur akibat dua perang separatis pada 1990-an dan awal 2000-an.
Terkait seruan ini, Kadyrov juga memperingatkan bahwa setiap demonstrasi publik yang terkait dengan perang Israel-Hamas akan “ditindas dengan kejam.”
“Kita tidak boleh ikut-ikutan dengan musuh-musuh Rusia dan merusak situasi dari dalam,” kata Kadyrov.
“Kita harus mengatasi semua ini dan menjaga ketertiban di tanah kita sendiri.”
Kadyrov menggemakan tuduhan yang dibuat oleh pejabat Rusia lainnya, termasuk Presiden Vladimir Putin. Putin telah menyalahkan kekerasan massa pada Minggu malam di bandara di Dagestan pada “musuh Rusia” di luar negeri.
Rusia sendiri telah mengambil seruan agar Israel dan Hamas menahan diri. Kremlin menjelaskan bahwa bila tidak berakhir, konflik ini dikhawatirkan meluas.
“Tugas kami hari ini, tugas utama kami, adalah menghentikan pertumpahan darah dan kekerasan,” kata Putin kepada tokoh agama Rusia, dikutip Reuters.
“Jika tidak, eskalasi krisis ini akan membawa konsekuensi yang sangat berbahaya dan merusak. Dan tidak hanya di kawasan Timur Tengah. Krisis ini bisa meluas melampaui batas-batas Timur Tengah.”
Moskow, tegasnya, terus mengadvokasi solusi dua negara terhadap masalah Palestina-Israel, yang menurutnya merupakan satu-satunya cara untuk mencapai penyelesaian jangka panjang. Namun ia menegaskan bahwa Israel bersalah karena terus membom Gaza sebagai pembalasan atas pembantaian dan penyanderaan warga Israel oleh Hamas pada 7 Oktober silam.
“Juga jelas bagi kami bahwa orang yang tidak bersalah tidak boleh bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan orang lain,” tutup Putin.
“Perang melawan terorisme tidak dapat dilakukan berdasarkan prinsip tanggung jawab kolektif yang terkenal ketika orang tua, perempuan, anak-anak, seluruh keluarga dan ratusan ribu orang dibiarkan tanpa tempat tinggal, makanan, air, listrik dan perawatan medis.”