Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan potensi besar di balik rencana pengembangan hilirisasi rumput laut di Indonesia. Bahkan, dalam waktu 5-10 tahun ke depan, menurutnya pengaruhnya akan sama seperti yang terjadi pada hilirisasi dari komoditas nikel. Nikel sendiri saat ini menjadi mineral yang paling dicari dunia sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. “Rumput laut ini menurut saya jadi proyek 5-10 tahun ke depan punya pengaruhnya kayak tambang nikel kita,” ungkap Luhut dalam konferensi pers Program Kerja Kemenko Marves Tahun 2023 beserta Capaian dan Hasil Evaluasinya, dikutip Rabu (27/12/2023).
Luhut menceritakan, karena pengalaman Indonesia dalam proses pengolahan nikel, ekspor Indonesia untuk nikel nilainya saat ini sudah sampai US$ 34 miliar. Senada dengan Luhut, Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Firman Hidayat menjelaskan, selama ini Indonesia mengekspor rumput laut dalam bentuk mentah, kalaupun diproduksi hanya dalam bentuk agar-agar. Sementara potensi hilirisasi dalam rumput laut sangat bermacam-macam. “Ada biostimulant/pupuk organik, kesehatan, dan bioplastik. Yang saya highlight di sini utamanya yang biostimulant/pupuk organik proyeksi sampai 2030 potensi market lebih dari US$ 10 miliar dan bioplastik potensi market lebih dari US$ 40 miliar,” paparnya.
Oleh sebab itu, ia pun mendorong agar hilirisasi rumput laut di Indonesia dapat lebih masif lagi. Mengingat, Indonesia merupakan negara dengan produksi rumput laut terbesar kedua di dunia. “Selain ini meningkatkan ekonomi, peningkatan masyarakat, ini juga akan membantu masalah sampah plastik, dan ketahanan pangan bisa kita atasi,” ujarnya.