Potensi Ekonomi Biru Bali Tidak Main-main

by -22 Views

Potensi ekonomi biru atau Blue Economy negara-negara berkembang menjadi salah satu tema yang diangkat dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024 di Bali pada 1-3 September 2024. Ekonomi biru tak hanya menyimpan potensi dari segi finansial, tapi juga keberlanjutan pembangunan dan lingkungan.

Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa potensi ekonomi biru di Indonesia dan kawasan pasifik amat besar. Berdasarkan perkiraan Bank Dunia, sektor ini berpotensi menyumbang hingga 10% Produk Domestik Bruto (PDB) jika dikelola secara berkelanjutan dan kolaboratif.

“Saya yakin melalui kolaborasi yang kuat kita bisa menjaga stabilitas dan mencapai kemakmuran di kawasan Pasifik,” kata Jokowi saat membuka Sidang Kedua Indonesia-Pacific Parliamentary Partnership beberapa waktu lalu, dikutip Jumat, (30/8/2024).

Perlu diketahui, ekonomi biru adalah istilah yang merujuk pada pendekatan inovatif untuk memanfaatkan sumber daya laut dan perairan secara berkelanjutan. Sektor ekonomi biru meliputi berbagai kegiatan seperti perikanan, energi terbarukan, pariwisata, pengelolaan limbah, hingga mitigasi perubahan iklim.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)/Kementerian PPN menyebut sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, potensi ekonomi biru di Indonesia sangat besar. Dalam Peta Jalan Ekonomi Biru, Indonesia berkomitmen meningkatkan kontribusi sektor maritim terhadap PDB Indonesia dari 7,9 persen di 2022 menjadi 15 persen di 2045.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjadi saksi ekonomi biru telah berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Pada semester I-2024 saja, produksi perikanan Indonesia secara keseluruhan mencapai 11,8 juta ton. Produk itu terdiri dari 3,3 juta ton perikanan tangkap, 3,3 juta ton perikanan budi daya dan 5 juta ton itu dari produksi rumput laut. “Total kira-kira hampir 12 juta ton,” kata dia.

Dalam gelaran HLF-MSP 2024, ekonomi biru akan didiskusikan khusus dalam sesi Unlocking the Blue Economy for Sustainable Growth: Creating Value and Promoting Investment to Improve Productivity. Sesi ini akan diisi oleh pembicara, di antaranya Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti; Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Laos, Manothong Vongsay; Menteri Ekonomi dan Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Jepang, Hajime Ueda; hingga ekonom Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) Shashwat Koirala.

Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai nilai ekonomi biru secara global yang diperkirakan mencapai US$ 1,5 triliun per tahun. Sektor ini juga mendukung lebih dari 30 juta pekerjaan dan berfungsi sebagai sumber protein penting bagi 3 miliar penduduk dunia.

OECD memproyeksikan ekonomi kelautan berpotensi tumbuh dua kali lipat menjadi US$ 3 triliun pada 2023. Sektor ekonomi ini amat penting bagi negara-negara kepulauan seperti Indonesia dan negara-negara belahan bumi selatan yang umumnya masih masuk dalam kategori negara berkembang.