Petaka Ancam Jateng-Kalsel: 2 Ton Garam Diguyur ke Awan

by -54 Views

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan dengan menabur 2.000 kg atau 2 ton NaCl alias garam ke awan. Modifikasi cuaca dilakukan dengan penyemaian awan atau cloud seeding dengan menggunakan NaCl atau garam di awan-awan hujan. Dengan begitu hujan segera turun sebelum mendekati daratan atau suatu lokasi yang rawan bencana. Operasi ini melibatkan BPBD dan TNI Angkatan Udara, menggunakan teknologi untuk memitigasi bencana.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyatakan bahwa modifikasi bencana itu dilakukan untuk menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi yang terus mengintai sejumlah wilayah di Indonesia. Langkah ini diambil untuk menanggulangi dampak bencana seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang berpotensi merugikan di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) ini menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi kunci dalam mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh fenomena cuaca ekstrem.

BNPB mengimbau masyarakat terus waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Masyarakat di wilayah rawan bencana diimbau untuk memantau perkembangan informasi dari sumber yang terpercaya. Penting untuk menjaga kewaspadaan, mengantisipasi bahaya banjir, longsor, dan cuaca buruk lainnya dengan mempersiapkan diri sesuai dengan protokol darurat yang telah disosialisasikan.

Proses Operasi Modifikasi Cuaca dilaksanakan di Jawa Tengah pada Rabu (29/1/2025) dalam tiga sorti penerbangan, menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B (registrasi PK-SNN), yang disesuaikan dengan lokasi strategis untuk mengurangi dampak bencana. Sorti pertama dimulai pukul 07.58 WIB hingga 10.06 WIB, dengan penyemaian 1.000 kg NaCl di perairan utara Jawa Tengah. Tujuan operasi ini adalah untuk mempercepat hujan di wilayah perairan sebelum bergerak menuju daratan dan mengurangi risiko bencana. Kalimantan Selatan juga menghadapi tantangan serupa dengan potensi cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan banjir dan angin kencang. Proses penyeimbangan cuaca dilakukan dengan cara penyemaian NaCl pada ketinggian 10.000 kaki menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati telah memperingatkan adanya ancaman bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Tengah. Hal ini disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Bencana Hidrometeorologi yang dipimpin Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana. Dwikorita menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2025. Dengan kombinasi aktif beberapa fenomena atmosfer global seperti La Nina lemah, Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang ekuatorial Kelvin dan Rossby, intensitas curah hujan di Jawa Tengah sangat dipengaruhi.

Melalui operasi modifikasi cuaca, BNPB bertujuan untuk menurunkan risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan menggunakan teknologi dan strategi yang terencana, diharapkan dampak bencana akibat cuaca ekstrem dapat dikurangi, sehingga masyarakat dapat lebih siap dan waspada menghadapi potensi bencana. Bahkan, posisi dan tahap-cara modifikasi cuaca di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan berhasil memberikan solusi efektif dalam mengurangi potensi bencana akibat cuaca ekstrem dan membawa dampak positif bagi masyarakat setempat.