Banjir Terparah di Bali: Pentingnya Penghijauan DAS

by -53 Views

Pada tanggal 9 September, Bali mengalami banjir parah yang merupakan yang terburuk dalam sepuluh tahun terakhir menurut BMKG. Curah hujan ekstrem lebih dari 300 mm per hari mengakibatkan rumah terendam dan kerusakan infrastruktur di beberapa area seperti Jembrana, Tampak Siring, Karangasem, Klungkung, dan Abiansemal. Kondisi lingkungan yang memburuk, terutama di Daerah Aliran Sungai Ayung, turut memperparah situasi banjir. Tutupan hutan di wilayah tersebut hanya tersisa tiga persen dari total 49.500 hektar, jauh di bawah ambang batas minimal 30 persen.

Selain kerusakan hutan, masalah penanganan sampah juga memperburuk dampak banjir di Bali. Tata kelola yang lemah menyebabkan banyak drainase tersumbat, sehingga diperlukan sistem pengelolaan sampah berbasis teknologi ekonomi sirkular dan peringatan dini yang adaptif terhadap pola cuaca ekstrem. Banjir tidak hanya mengganggu kehidupan masyarakat dan ekonomi, tetapi juga merusak lingkungan dengan membawa sampah dan polutan yang mengancam kesehatan warga serta menekan fungsi ekologis lahan perkotaan.

Pentingnya pengawasan kawasan hulu sungai dan penghijauan disoroti oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Gubernur Bali untuk mencegah banjir berulang. Program penghijauan di Teluk Benoa, Badung, Bali melalui penanaman bibit mangrove oleh LindungiHutan menjadi solusi untuk meningkatkan daya dukung lingkungan pesisir. Kehadiran mangrove sebagai benteng alami dan keberlanjutan sumber daya lokal dalam menghadapi bencana iklim.

Melalui partisipasi publik dalam gerakan penghijauan, masyarakat dapat menjaga keberlanjutan lingkungan Bali. LindungiHutan, start-up lingkungan fokus pada konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat, telah menanam 1 juta pohon dengan lebih dari 600+ brand dan perusahaan. Donasi bibit pohon di kawasan hulu dan pesisir Bali merupakan langkah nyata dalam menjaga kelestarian pulau ini. Gerakan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim dapat memastikan Bali tetap hijau, sehat, dan kuat menghadapi krisis iklim di masa depan.

Source link