Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan kekhawatirannya terkait dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump dalam mempertahankan kebijakan yang dianggap tidak kondusif. Terutama, di tengah kondisi gejolak geopolitik global yang semakin memanas di berbagai wilayah. SBY menyoroti kebijakan perang dagang yang diperkuat dengan penerapan tarif tinggi terhadap produk ekspor oleh AS, termasuk komoditas aluminium dan baja, yang dapat mengganggu stabilitas pasar dunia dan mempengaruhi ekonomi global yang sedang melambat.
Menurut SBY, AS sebagai ekonomi terbesar di dunia dapat memengaruhi negara-negara lainnya, termasuk Indonesia yang sangat tergantung pada ekonomi negara maju. Hal ini membuat SBY menilai perang tarif bukanlah solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, melainkan akan berujung pada kerugian yang saling menguntungkan.
Dalam menjawab situasi perdagangan yang tidak kondusif, SBY menyarankan Indonesia untuk mencari pasar baru untuk ekspor produk-produk lokal dan memperkuat pasar domestik dengan menjaga daya beli masyarakat. Dia menekankan pentingnya pasar dalam negeri yang besar dengan jumlah penduduk yang mayoritas terdiri dari tenaga kerja produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sebagai solusi, SBY menyarankan pemerintah Indonesia untuk terus mencari peluang di pasar global sambil melakukan upaya untuk memperkuat pasar domestik. Dengan strategi ini, diharapkan ekonomi Indonesia tetap bisa berkembang meskipun menghadapi gejolak yang disebabkan oleh perang dagang global yang semakin kompleks.